Ngamprah | INFONESIA.ME // Di tengah semakin kompleksnya persoalan sampah di berbagai wilayah, Kecamatan Ngamprah Kabupaten Bandung Barat justru menunjukkan arah baru yang menumbuhkan harapan.

Di bawah kepemimpinan Camat Ngamprah, Agnes Virganty, semangat kolektif masyarakat untuk mengubah sampah menjadi berkah kini semakin hidup dan berkembang. Selasa 7/10/2025.

Hari itu, Aula Berakhlak Kantor Kecamatan Ngamprah dipenuhi suasana hangat dan semangat kolaboratif. Para kepala desa, perangkat kecamatan, kader lingkungan, hingga perwakilan masyarakat berkumpul dalam kegiatan sosialisasi pengelolaan sampah berbasis masyarakat.

Kegiatan ini bukan hanya sekadar rapat biasa melainkan bentuk nyata dari komitmen bersama dalam mewujudkan Bandung Barat Zero Waste, cita-cita besar yang kini mulai diwujudkan dari langkah-langkah kecil di tingkat desa.

Camat Ngamprah Agnes Virganty dalam wawancaranya menyampaikan,

“Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Hari ini kami menindaklanjuti hasil rapat di tingkat provinsi dan kabupaten terkait pelaporan data persampahan melalui aplikasi Sampah Kita. Program ini adalah bentuk keseriusan pemerintah dalam menciptakan sistem pengelolaan sampah terintegrasi di Jawa Barat,” ujarnya.

Aplikasi “Sampah Kita”, kata Agnes, menjadi instrumen penting dalam memantau seluruh aktivitas pengelolaan sampah dari hulu ke hilir.

Melalui sistem ini, setiap kecamatan bisa mencatat volume, ritasi, hingga jenis sampah yang dikelola. Tujuannya sederhana, tapi berdampak besar: menghadirkan data yang akurat agar kebijakan dan solusi bisa dirumuskan dengan tepat sasaran.

Agnes menjelaskan, di Bandung Barat seluruh 16 kecamatan telah memiliki Satgas Sampah, dan Ngamprah menjadi salah satu yang paling aktif.

Bahkan dari 11 desa yang ada, semuanya telah menunjukkan kemajuan nyata dalam membentuk kelompok pengelola dan program bank sampah di tingkat RW.

“Alhamdulillah, ritasi atau pengangkutan sampah kini sudah kembali normal berkat dukungan penuh dari Bapak Bupati dan Bapak Gubernur. Ini memberikan semangat baru bagi kami untuk terus mendorong edukasi kepada masyarakat agar memilah sampah dari rumah, mengolah, dan memanfaatkan kembali,” ungkap Agnes dengan optimis.

Mengubah Sampah Jadi Nilai: Dari Dapur ke Maggot, dari Plastik ke Tabungan

Kegiatan kali ini juga menghadirkan Ketua Saung Maggot Bandung Barat, Asep Saepuloh, sosok yang dikenal sebagai pelopor pengolahan sampah organik menjadi maggot di wilayah Bandung Barat. Kehadirannya memberikan inspirasi baru bagi warga Ngamprah.

Agnes mengungkapkan, ide sederhana dari Saung Maggot ini membuka mata banyak orang bahwa sampah dapur bukan akhir dari siklus kehidupan bahan makanan, tapi awal dari rantai ekonomi baru.

“Sampah dapur seperti sisa sayur, buah, atau makanan bisa diolah menjadi maggot. Maggot ini kemudian dijual atau digunakan sebagai pakan ternak. Jadi tidak ada yang benar-benar terbuang,” ujarnya.

Sementara itu, sampah anorganik seperti botol plastik, logam, dan kertas kini dikumpulkan melalui bank sampah di setiap desa. Warga yang aktif mengumpulkan dan menyerahkan sampahnya akan mendapat catatan berupa “buku tabungan sampah”, yang bisa ditukar dengan uang atau barang kebutuhan pokok.

Model ini membuat masyarakat lebih semangat karena mereka merasakan langsung manfaat ekonomi dari kebersihan lingkungan yang mereka jaga.

“Sampah tidak lagi menjadi masalah, tapi menjadi peluang. Masyarakat sekarang tidak hanya membuang, tapi berpikir bagaimana mengolah. Ada nilai sosial, ekonomi, dan lingkungan di dalamnya,” kata Agnes.

Gerakan yang Tumbuh dari Desa

Setiap desa di Kecamatan Ngamprah kini memiliki proyek percontohan empat RW yang menjadi fokus dalam program bank sampah dan penataan lingkungan. Melalui proyek ini, pemerintah desa bersama masyarakat belajar mengelola sampah dari rumah tangga secara terstruktur.

Tidak hanya warga, kader PKK, karang taruna, dan kelompok pemuda desa turut dilibatkan. Mereka menjadi agen perubahan di lingkungan masing-masing mengedukasi tetangga, menjemput sampah terpilah, hingga mengelola hasil penjualannya.

Agnes menuturkan, gerakan ini tumbuh dari semangat gotong royong yang menjadi ciri khas masyarakat Bandung Barat. Ia percaya, perubahan besar hanya bisa dimulai dari langkah kecil yang konsisten di tingkat desa.

“Kita ingin membangun kebiasaan, bukan hanya program. Karena kalau masyarakat sudah terbiasa memilah dan mengolah, maka kebersihan dan kemandirian akan berjalan dengan sendirinya,” ungkapnya.

Sinergi Pemerintah dan Warga: Kunci Menuju Zero Waste

Agnes Virganty menyampaikan apresiasi mendalam kepada seluruh elemen masyarakat dan instansi yang telah mendukung program pengelolaan sampah ini. Dukungan dari Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Bandung Barat menjadi dorongan besar bagi keberhasilan di lapangan.

“DLH selalu mendampingi kami. Dari penyuluhan, pembinaan, hingga pendataan. Sinergi ini yang membuat kami optimis bisa mencapai target Bandung Barat Zero Waste,” tuturnya.

Ia menambahkan, kunjungan lapangan yang dilakukan ke Bank Sampah di Desa Pakuhaji menjadi inspirasi penting. Di sana, masyarakat telah membuktikan bahwa tanpa harus bergantung penuh pada pemerintah, warga bisa mandiri dalam mengelola sampah dan bahkan mendapatkan penghasilan tambahan.

“Warga Pakuhaji menunjukkan bahwa kepedulian terhadap lingkungan bisa sejalan dengan kesejahteraan ekonomi. Inilah arah yang kita tuju di Ngamprah,” jelas Agnes.

Menanam Kesadaran untuk Generasi Mendatang

Bagi Agnes Virganty, program pengelolaan sampah bukan sekadar urusan kebersihan lingkungan, tapi juga tentang menanam kesadaran lintas generasi. Ia percaya, anak-anak yang hari ini melihat orang tuanya memilah sampah akan tumbuh menjadi generasi yang lebih peduli terhadap bumi.

“Kita sedang menanam benih perubahan. Mungkin hasilnya tidak instan, tapi ketika kesadaran ini sudah menjadi budaya, maka Bandung Barat akan benar-benar bersih, hijau, dan berkelanjutan,” ucapnya dengan nada penuh harapan.

Ia pun mengakhiri kegiatan dengan pesan mendalam kepada seluruh peserta.

“Mulailah dari rumah, dari diri sendiri, dari hal terkecil. Ketika kita menjaga lingkungan, sesungguhnya kita sedang menjaga masa depan anak cucu kita. Mari bersama wujudkan Bandung Barat Zero Waste.”

Makna Besar di Balik Gerakan Ini

Gerakan yang digerakkan oleh Camat Ngamprah Agnes Virganty bukan hanya tentang menata sampah, melainkan tentang membangun kesadaran kolektif dan membangkitkan kemandirian masyarakat.

Ngamprah kini menjadi contoh bagaimana visi besar bisa diwujudkan dari semangat warga biasa yang mau berubah, bekerja sama, dan peduli terhadap lingkungannya.

Sampah, yang dulunya dianggap masalah, kini berubah menjadi sumber nilai, sumber pengetahuan, dan sumber kehidupan baru.
Dari dapur sederhana warga hingga kebijakan tingkat kecamatan, semuanya bergerak seirama menuju satu cita-cita bersama:

Bandung Barat Zero Waste Bersih, Berdaya, dan Berkelanjutan.”