Lembang| Infonesia. me // Dalam upaya meningkatkan kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi bencana kebakaran serta membangun sistem penanggulangan bencana berbasis komunitas, Dinas Pemadam Kebakaran Kabupaten Bandung Barat (KBB) kembali menggelar Program Pembentukan dan Pembinaan Relawan Pemadam Kebakaran (Redkar) Tahun 2025.

Bertempat di Hotel Kampung Legok, Kecamatan Lembang, kegiatan ini diikuti oleh 70 peserta yang terdiri dari perwakilan tujuh Pos Wilayah Damkar dan diperkuat oleh delapan tenaga tambahan dari unsur P3K Satpol PP.

Selama satu hari penuh, para peserta mendapatkan pelatihan teori dan praktik yang intensif demi membentuk relawan yang sigap, terlatih, dan siap diterjunkan kapan pun dibutuhkan.

Redkar: Relawan dari Hati Nurani, Bukan Sekadar Tugas

Kepala Dinas Damkar KBB, Siti Aminah Anshoriah, menekankan bahwa Redkar bukan hanya sekadar pelengkap sistem pemadam kebakaran, tetapi ujung tombak terdepan dalam penanggulangan kebakaran di desa-desa. Mereka adalah simbol dari semangat gotong royong dan kepedulian sosial masyarakat.

“Redkar hadir bukan karena gaji, tapi karena hati nurani. Mereka adalah orang-orang yang dengan sukarela meluangkan waktu, tenaga, dan bahkan mempertaruhkan keselamatan demi menolong orang lain,” ujar Siti penuh bangga.

Ia menjelaskan bahwa kecepatan respons adalah kunci utama dalam penanganan kebakaran.

“Api bisa meluas hanya dalam hitungan detik. Kalau mengandalkan petugas dari kantor pusat, bisa terlambat. Di sinilah pentingnya Redkar sebagai respon awal di lapangan dari mengevakuasi warga, memadamkan api awal, hingga melakukan edukasi pencegahan di lingkungan,” tambahnya.

Pelatihan Terpadu: Bangun Relawan Tangguh, Cekatan, dan Humanis

Kegiatan pembinaan Redkar ini tidak hanya menyajikan materi di kelas, tetapi juga mengedepankan praktik langsung melalui simulasi dan lomba keterampilan (skill competition).

Para peserta dilatih menangani berbagai skenario darurat dengan cepat dan tepat.

“Kami gelar pelatihan berbasis kompetisi agar peserta terbiasa berpikir dan bertindak cepat. Salah langkah bisa berakibat fatal. Mulai dari penggunaan alat pemadam, membawa tangga, penyelamatan korban, hingga komunikasi saat darurat semua kami latih,” terang Siti.

Latihan ini juga dimaksudkan untuk melatih ketahanan fisik dan mental peserta, karena dalam situasi kebakaran, tekanan dan kepanikan menjadi musuh utama yang harus ditaklukkan oleh petugas dan relawan.

Membangun Jejaring Redkar di Setiap Wilayah

Redkar dibentuk secara merata di tujuh wilayah kerja Damkar KBB: Lembang, Parongpong, Cikalong Wetan, Cipatat, Cililin, Padalarang, dan Sindangkerta.

Proses rekrutmen dilakukan melalui pendekatan langsung ke desa-desa, menyasar individu-individu yang memiliki semangat pengabdian tinggi tanpa melihat latar belakang usia atau pendidikan.

“Siapa saja bisa bergabung, asal punya kemauan dan komitmen. Kami mencari mereka yang benar-benar ingin menjadi bagian dari solusi,” ujar Siti.

Redkar juga diharapkan menjadi duta edukasi masyarakat, menyampaikan pesan-pesan penting tentang bahaya kebakaran dan cara pencegahannya, terutama yang disebabkan oleh kelalaian seperti membakar sampah sembarangan atau lupa mematikan api kompor.

Redkar: Mitra Masyarakat, Bukan Sekadar Pemadam Api

Menariknya, dalam pengalamannya, Siti menyebut bahwa petugas Damkar sering kali menjadi tempat curhat warga.

“Ada kejadian unik di Parongpong, di mana seorang ibu datang ke pos bukan karena kebakaran, tapi bertengkar dengan suami. Petugas akhirnya ikut menenangkan dan menasihati,” ujarnya sambil tersenyum.

Ia menambahkan bahwa Damkar saat ini telah menjadi pusat layanan masyarakat multifungsi. Tak hanya memadamkan api, tetapi juga membantu membuka pintu rumah yang terkunci, mengevakuasi binatang liar, hingga menyelamatkan motor yang jatuh ke jurang atau atap sekolah.

Harapan, Peran Strategis, dan Masa Depan Redkar

Walaupun para relawan Redkar tidak secara otomatis diangkat menjadi tenaga honorer atau ASN, namun kontribusi mereka tidak ternilai. Siti berharap ke depan akan ada regulasi nasional yang lebih mengakomodasi kiprah relawan semacam ini.

“Yang penting sekarang adalah niat dari hati. Redkar bukan pekerjaan, tapi pengabdian. Saya percaya siapa yang ikhlas menolong, kelak akan mendapatkan balasan terbaik,” pungkasnya.

Melalui program ini, Dinas Damkar KBB ingin membangun komunitas tangguh di setiap desa yang sadar akan bahaya kebakaran, cepat bergerak saat krisis, dan mampu menjadi mitra strategis dalam menciptakan lingkungan yang lebih aman dan siaga bencana.

 

Jurnalis   : An/Red

Editor      : Infonesia. me