[ad_1]
Dari DJ, Alkohol, mencapai Kerusakan Liver
Jose sepertinya tidak lahir dalam dunia religious. Ia menempuh pendidikan hukum dan kedokteran sekaligus, lalu mengukir karier gemilang di Astra dan Gajah Tunggal. Posisi tinggi, gaji besar, jabatan prestisius, semua pernah ia rasakan.
Tapi semua itu sepertinya tidak menjawab kegelisahan dalam dirinya.
Ketika ekonomi jatuh dan bisnis studio fotonya gulung tikar, Jose sepertinya tidak hanya kehilangan mata pencaharian, namun ia juga kehilangan arah. Dunia malam yang awalnya jadi pelarian, berubah menjadi kebiasaan. Ia menjadi DJ profesional, terhanyut dalam pendekatan hidup hedonis yang pada akhirnya menghancurkan tubuh dan jiwanya.
Konsumsi alkohol berlebihan membuat hatinya rusak. Tubuhnya sakit. Jiwanya kosong.
Pertemuan Pertama dengan Energi
Titik balik datang tanpa rencana. Seorang teman mengajaknya mematuhi kelas meditasi dan energi. Awalnya hanya coba-coba, tetapi meditasi membuatnya merasa santai untuk pertama kalinya dalam kehidupan. Dari sana, ia mulai membuka diri pada berbagai ilmu penyembuhan: hipnoterapi, Get entry to Bars, Profiling Universe, mencapai Magnetisme Jawa.
Ia belajar bukan hanya untuk mengerti, tapi untuk merasakan. Dan dari pengalaman itu, ia mendirikan Self-Therapeutic Transformation; sebuah ruang bagi siapa pun yang ingin sembuh, mengenali diri, dan hidup selaras dengan semesta.
Berbagi untuk Manusia, Alam, dan Tuhan
Bagi Jose, hidup bukan hanya soal manusia. Ia yakin bahwa semua makhluk, baik binatang, tanaman, dan manusia, berasal dari satu energi ilahi yang sama. Di sela aktivitasnya sebagai praktisi terapi, ia juga mengelola foodcourt dan memelihara binatang serta kebun di rumahnya.
“Kalau saya diberi ilmu, saya harus segera berbagi. Gak dapat disimpan sendiri. Dunia ini terlalu luas untuk kita nikmati sendirian,” tuturnya.
Ia aktif di lingkungan gereja dan komunitas tempat tinggal. Ia membuka peluang kerja, membangun usaha, dan mendampingi orang-orang yang sedang berjuang melawan trauma, kecanduan, atau penyakit.
Lingkaran yang Kini Sudah Genap
Jose tak henti-hentinya menyebutkan manusia sebagai “separuh lingkaran”. Hal ini berangkat dari kesadaran bahwa manusia dilahirkan dengan separuh potensi maupun berkat, dan tugas hidup kita adalah menemukan sisanya.
Bolak-balik untuk menemukan ini dalam jumlah besar dilalui orang lain dengan menggunakan jabatan, kekayaan, dan validasi. Orang sesekali lupa, bahwa untuk hingga diri yang “utuh” perlu untuk menggali ke dalaman jiwa.
Ia sendiri pernah kehilangan arah. Tapi kini, ia bangun sebagai bukti bahwa pencerahan itu nyata, bahwa manusia dapat berubah, dan bahwa kesempatan kedua sepanjang waktu ada.
“Kita semua juara sejak lahir sebagai satu-satunya sperma yang tiba di indung telur ibu kita. Jangan biarkan keadaan bikin kita kalah. Kenali dulu siapa diri kita. Dari sana, semua dapat berawal,” pungkasnya memberikan wejangan.
[ad_2]
Sumber: vritimes
Tinggalkan Balasan