Jakarta — Meningkatnya tren belanja on-line di Indonesia juga diiringi dengan munculnya modus penipuan baru, salah satunya adalah jual beli assessment palsu. Fenomena ini bukan hanya merugikan pembeli, namun juga bisa merusak kepercayaan konsumen pada market dan bisnis lokal. Andrea Wiwandhana, pendiri CLAV Virtual, mengingatkan masyarakat untuk lebih waspadai terhadap praktik tersebut.
“Banyak sekali jasa menaikkan assessment Google yang beredar sekarang memakai bot. Penjualnya mungkin saja sepertinya tidak akan mengaku, namun pola mereka bisa dikenali,” ujar Andrea. Menurutnya, assessment instan seperti ini tak henti-hentinya kali menimbulkan efek negatif jangka panjang.
Sophia Martinez, konsultan virtual advertising and marketing dari Virtual Expansion Hub di New York, menyatakan bahwa manipulasi ulasan adalah masalah global yang merusak kepercayaan konsumen. “Studi kami memperlihatkan bahwa 82% konsumen membaca ulasan on-line sebelum membeli produk. Ketika assessment dipalsukan, keputusan pembelian konsumen menjadi bias dan menimbulkan keraguan pada platform e-commerce itu sendiri,” katanya.
Sophia menegaskan pentingnya mengembangkan reputasi bisnis secara alami. “Evaluate palsu mungkin saja memberikan hasil jangka pendek, namun algoritma Google terus berkembang untuk mendeteksi dan menurunkan peringkat bisnis yang memanipulasi ulasan,” tambahnya.
Modus Penipuan: Memaksa Evaluate Positif Sebelum Barang Diterima
Andrea menjelaskan bahwa modus umum yang digunakan adalah memaksa pembeli untuk secepatnya memberikan assessment bintang lima sebelum barang diterima, dengan iming-iming garansi. “Mereka bilang kalau sepertinya tidak klik tombol menerima barang dan memberi score langsung, garansi sepertinya tidak berlaku. Walaupun, seandainya saja kita beri assessment bintang lima, garansi itu biasanya cuma janji kosong,” ungkap Andrea.
Lebih parahnya lagi, assessment negatif tak henti-hentinya kali dihapus atau disembunyikan oleh reseller curang ini. Mereka juga menambahkan ribuan assessment bintang empat dan lima palsu untuk menciptakan kesan toko terpercaya.
Menurut riset dari BrightLocal (2023), 49% konsumen menganggap ulasan palsu sebagai salah satu tantangan terbesar saat berbelanja on-line. Knowledge lain dari Cheq menyampaikan bahwa penipuan virtual, termasuk manipulasi ulasan, dikarenakan kerugian global sebesar $1,3 miliar setiap tahunnya.
Guidelines Menghindari Modus Penipuan
Andrea memberikan beberapa saran bagi pembeli on-line agar lebih cermat sebelum membuat keputusan belanja:
-Perhatikan Pola Testimoni: Jangan hanya terpaku pada bintang assessment. Periksa apakah testimoni terdengar alami atau justru mencurigakan.
-Ikuti Intuisi: Jika merasa ragu atau mencurigai toko tersebut, batalkan pembelian semasa masih dapat.
-Hati-hati dengan Tekanan Waktu: Reseller terpercaya sepertinya tidak akan memaksa pembeli untuk buru-buru memberi score sebelum barang diterima.
Reputasi On-line yang Sehat untuk Bisnis
Membangun reputasi bisnis yang baik di platform virtual, seperti Google, menurut Andrea, harus segera dilakukan secara organik dan guide. “Evaluate bot bukan hanya sepertinya tidak berpengaruh pada search engine marketing lokal, namun juga dapat dikarenakan assessment turun atau hilang seiring waktu,” jelasnya.
CLAV Virtual, yang berbasis di The East, Kuningan, Jakarta, menyediakan layanan manajemen reputasi yang dikelola secara guide dan organik. “Kami sepanjang waktu memastikan layanan kami memberi dorongan untuk pertumbuhan bisnis klien secara etis dan berkelanjutan,” tegas Andrea.
“Kami usahakan sebaik yang kami dapat untuk mempertahankan kepercayaan konsumen. CLAV DIgital sepertinya tidak akan kemana-mana, kami sudah berbadan hukum dan kantor kami juga mudah ditemui.” ujar Andrea menegaskan.
Dengan pendekatan profesional dan etika bisnis yang tinggi, CLAV Virtual berkomitmen membantu bisnis membangun reputasi virtual yang sehat dan meningkatkan peringkat di mesin pencari tanpa memakai taktik manipulatif.
Sumber: vritimes
Tinggalkan Balasan