Bandung Barat | INFONESIA.ME // Alam Bandung Barat kembali menjadi sorotan ketika Anggota DPR RI Fraksi Partai Golkar, H. Dadang M. Naser, hadir dalam acara Makrab Paguyuban Putra-Putri Perintis Kemerdekaan Bandung Barat (P4KBB) yang digelar di kawasan wisata alam Sanghiyang Kenit, Rajamandala, Sabtu (4/10/2024).

Kedatangan Dadang Naser, tokoh yang pernah memimpin Bandung selama dua periode sebagai Bupati, memberikan nuansa berbeda dalam kegiatan tersebut. Dengan gaya khasnya yang sederhana namun sarat gagasan, ia menyampaikan pandangan menyeluruh tentang arah pembangunan Bandung Barat, mulai dari sektor pariwisata, pendidikan, hingga pengelolaan lingkungan.

Sanghiyang Kenit: Pesona Alam yang Butuh Sentuhan Serius

Sanghiyang Kenit dikenal sebagai salah satu destinasi wisata dengan panorama indah. Sungai jernih yang mengalir dari bendungan PLTA Rajamandala berpadu dengan tebing batu dan rimbun pepohonan menciptakan suasana alami yang memukau. Namun, menurut Dadang, keindahan saja tidak cukup tanpa pengelolaan yang profesional dan berkelanjutan.

“Tempat ini punya daya tarik yang luar biasa. Tapi wisata bukan sekadar soal pemandangan. Harus ada yang diunggulkan di sini, baik kuliner, produk khas, maupun penataan fasilitas yang nyaman bagi wisatawan. Dengan begitu, ekonomi masyarakat bisa bergerak,” jelasnya.

Ia menilai kehadiran UMKM lokal sangat penting dalam menghidupkan kawasan wisata. Produk kuliner, kerajinan, dan hasil olahan masyarakat bisa menjadi daya tarik tambahan. Bahkan, Dadang menyarankan agar kuliner khas Bandung Barat dibuat lebih inovatif, tidak monoton, dan mampu menimbulkan rasa penasaran.

“Kalau cuma lalapan kangkung atau lotek biasa, itu sudah ada di mana-mana. Kenapa tidak dikreasikan dengan daun herbal lokal, minuman khas, atau makanan unik yang bisa viral? Wisatawan datang bukan hanya untuk melihat, tapi juga untuk merasakan pengalaman baru,” tambahnya.

Wisata sebagai Motor Ekonomi Kreatif

Bagi Dadang, sektor pariwisata adalah salah satu instrumen penting dalam membangun ekonomi kreatif. Dengan penataan yang baik, wisata bisa membuka banyak lapangan kerja, menghidupkan UMKM, dan menambah pendapatan asli daerah (PAD).

Ia mencontohkan keberhasilan Kampung Daun di Lembang, yang dikelola swasta namun mampu menjadi magnet wisata kuliner kelas nasional hingga internasional. Menurutnya, Bandung Barat memiliki potensi besar untuk meniru dan bahkan melampaui capaian serupa jika ada kolaborasi yang kuat antara pemerintah, pelaku usaha, dan masyarakat.

“Kalau pengelolaan Sanghiyang Kenit ini maksimal, bisa menjadi ikon baru Bandung Barat. Tapi ingat, jangan sampai wisatawan kecewa. Pengalaman buruk akan sulit dilupakan. Maka, pelayanan, fasilitas, hingga kebersihan harus menjadi prioritas,” tegasnya.

Pendidikan dan IPM: Fondasi Kemajuan Daerah

Tak hanya soal wisata, Dadang juga menyoroti Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Bandung Barat yang masih perlu ditingkatkan. Menurutnya, peningkatan kualitas pendidikan harus menjadi perhatian serius pemerintah daerah.

Ia mengusulkan agar Pemda memperluas program Paket C, sebagai jalan keluar bagi masyarakat yang belum menyelesaikan pendidikan formal. Bahkan, ia mendorong agar masyarakat bisa melanjutkan ke perguruan tinggi melalui kerja sama dengan kampus-kampus ternama seperti Universitas Padjadjaran (Unpad).

“Kita dorong perangkat desa, masyarakat umum, bahkan karyawan, supaya bisa kuliah. Kalau pendidikan naik, IPM pun ikut meningkat. Bayangkan kalau masyarakat kita banyak yang bergelar S1, S2, bahkan S3, tentu daya saing Bandung Barat akan melonjak,” ungkapnya

Sampah: Dari Masalah Menjadi Sumber Energi

Dadang juga menyinggung persoalan sampah yang hingga kini menjadi problem klasik Jawa Barat, termasuk Bandung Barat. Ia menilai, sampah tidak boleh hanya dipandang sebagai masalah, melainkan bisa menjadi peluang besar jika dikelola dengan baik.

Menurutnya, dengan teknologi modern, sampah bisa diolah menjadi briket pengganti batubara, sumber energi, hingga pupuk organik. Namun, semua itu membutuhkan sinergi antara pemerintah daerah, investor, dan kesadaran masyarakat.

“Sampah itu sumber energi, sumber uang. Kalau tiap RW bisa mengelola bank sampah, hasilnya bisa untuk tabungan, bahkan membiayai kegiatan sosial. Negara maju sudah melakukannya, kenapa kita tidak?” ujar Dadang penuh semangat.

Makrab P4KBB: Ruang Diskusi, Ruang Harapan

Acara Makrab P4KBB bukan sekadar ajang silaturahmi, melainkan juga wadah diskusi strategis bagi putra-putri perintis kemerdekaan untuk ikut memberi masukan bagi kemajuan daerah. Kehadiran Dadang Naser semakin menegaskan bahwa pembangunan Bandung Barat tidak bisa hanya dilakukan oleh pemerintah, tetapi harus melibatkan semua elemen masyarakat.

Suasana akrab tercipta saat para peserta menikmati suguhan UMKM lokal, sembari berbincang tentang masa depan Bandung Barat. Dari diskusi itu lahir semangat baru bahwa Bandung Barat harus “maju, amanah, dan berdaya saing”, sesuai dengan cita-cita para pendirinya.

Kolaborasi untuk Bandung Barat Maju

Melalui kunjungannya ke Sanghiyang Kenit, Dadang Naser memberikan gambaran menyeluruh bahwa pembangunan daerah harus berjalan seimbang: wisata yang ramah lingkungan, UMKM yang tumbuh, pendidikan yang merata, dan pengelolaan lingkungan yang berkelanjutan.

Pesan pentingnya sederhana, tetapi mendalam: Bandung Barat hanya bisa maju jika semua pihak mau bergerak bersama.

“Kita tidak anti kritik. Justru kritik dan masukan itu penting. Tapi harus ada solusinya. Mari sama-sama kita bangun Bandung Barat dengan semangat kolaborasi. Wisata, pendidikan, ekonomi, dan lingkungan harus jadi prioritas agar masyarakat merasakan manfaat nyata,” tutupnya.

 

Jurnalis. : An/Red

Editor.    : InfoNesia.me