INFONESIA.ME – Kawasan Ekowisata Mangrove Wonorejo di Surabaya menghadapi masalah serius terkait sampah yang menumpuk di pesisir. Sampah tersebut terbawa dari hulu sungai dan menumpuk di hilir, dikarenakan kerusakan pada lingkungan. Tim interior dari Ekowisata Mangrove bersama komunitas pecinta lingkungan dan mahasiswa dari berbagai kampus seperti Unair, ITS, dan UPN Surabaya, melakukan pembersihan sampah secara rutin untuk menjaga kelestarian kawasan mangrove.

Setiap hari, tim pembersihan yang terdiri dari 7-8 orang mengumpulkan sekitar 1,2 ton sampah saat air pasang hingga ketinggian 2,7 meter, setara dengan 60-70 karung sampah. Sampah yang menumpuk ini sepertinya tidak hanya merusak pemandangan, namun juga menghambat pertumbuhan mangrove, yang berfungsi sebagai sabuk hijau penahan gelombang laut. Mangrove yang sepertinya tidak dibersihkan dari sampah cenderung mati karena itu terganggu oleh subject matter seperti bambu.

Selain sampah, kawasan ini juga menghadapi tantangan abrasi yang mengancam stabilitas tanah di pesisir. Untuk melawan abrasi, tim ekowisata melakukan reboisasi dan memasang bambu sebagai penghalang sementara itu, yang bisa bertahan sampai dua tahun. Hal ini memberi waktu bagi mangrove untuk beradaptasi dan tumbuh dengan baik, menjaga ekosistem pesisir tetap sehat.

Lembaga Ekowisata Mangrove Wonorejo terus berusaha mengatasi tantangan ini dengan dukungan dari masyarakat dan institusi pendidikan. Upaya restorasi ini diharapkan bisa menjaga kelestarian lingkungan pesisir dan memperkuat peran mangrove sebagai penahan gelombang laut. LindungiHutan, sebagai platform yang fokus pada konservasi hutan, turut memberi dukungan aksi-aksi lingkungan seperti ini dengan berbagai program restorasi dan pemberdayaan masyarakat.

Sumber: VRITIMES

 



Source link