InfoNesia.me |Mantan Ketua DPRD Jawa Barat Eka Santosa mengkritisi gaya kepemimpinan Gubernur Jawa Barat Kang Dedi Mulyadi (KDM).
Menurut Eka, gaya kepemimpinan KDM sangat berbeda dengan para gubernur Jawa Barat dari era awal kemerdekaan, orde baru hingga reformasi.
“Saya kebetulan mengenal baik mantan gubernur Jabar dari awal kemerdekaan sampai sekarang. Dengan KDM pun saya mengenal lama saat jadi Wakil Bupati Purwakarta,” ujar Ketua LSM Gerakan Hejo ini .
Eka mengatakan sebagai politisi pihaknya berguru kepada Mantan Gubernur Jabar Mohamad Sanusi Hardjadinata periode 1951-1957.
Menurut Eka, sebagai orang Jabar Haji Sanusi memiliki pengalaman yang luar biasa mulai dari Rektor Unpad, Gubernur Jabar hingga posisi Menteri di level Nasional.
“Haji Sanusi ini selain pintar, kasep memiliki intelektual tinggi, lemah lembut tapi juga memiliki sikap yang tegas. Saya sangat mengenal dan berguru kepada Haji Sanusi. Di Unpad sosoknya diabadikan sebagai nama Aula di Dipati Ukur,” ujarnya.
Selanjutnya, Eka mengenal baik dengan gaya kepemimpinan Letjen Purn Haji Mashudi. Mantan Ketua Kwarnas Pramuka ini menjabat sebagai Gubernur pada periode 1960-1970.
“Meskipun beliau berasal dari kalangan militer yang tegas. Tapi Haji Mashudi dikenal sebagai yang humanis. Beliau juga dikenal sebagai tokoh Pramuka. Kepemimpinan di Jabar sangat memegang teguh idealisme,” tuturnya.
Selanjutnya, Eka mengenal sosok pemimpin Jawa Barat Letjen Purn Solihin GP. Mantan perwira tinggi Tentara Nasional Indonesia dan politikus Indonesia ini menjabat Gubernur Jawa Barat dari 1970 sampai 1975.
“Gubernur Jawa Barat yang memiliki integritas dan konsep mumpuni yakni Bapak Solihin GP. Solihin GP menunjukkan keteladanan yang luar biasa yang hidup dengan sederhana. Selain mengenal baik saya juga berguru kepada Pak Solihin GP,” ujarnya.
“Pak Solihin GP ini sangat peduli dengan penghijauan. Di mana Solihin GP menerapkan program “Rak Gan Tang” Gerakan Gandrung Tatangkalan di Jawa Barat. Sejumlah gunung dan hutan ditanami pepohonan agar menjadi hijau kembali, ” kata Eka menambahkan.
Gaya Kepemimpinan yang Eka kenal selanjutnya Mayor Jenderal Purn Aang Kunaefi. Mantan Pangdam Siliwangi ini menjabat Gubernur Jabar periode 1975 hingga 1985.
“Saya masih ingat hal yang selalu dipesankan oleh mantan Gubernur Jawa Barat Aang Kunaefi. Dia sering mengunggah filosofih “lima- ur” atau ” 5-ur” dalam membangun persatuan itu,” ujarnya.
Lima Ur itu yakni : Akur jeung badan sakujur. Akur jeung batur sakasur. Akur jeung batur sadapur. Akur jeung batur salembur. Akur jeung batur sagubernur.
Pasca Kepemimpinan Aang, kata Eka, sosok selanjutnya ada Yogie S Memet. Perwira tinggi Bintang 3 dengan karir militer pernah menjabat sebagai Dan kopasus dikenal sebagai sosok yang tegas dan humanis.
“Di tangan Pak Yogie Jabar mendapatkan gelar Adipura. Melihat karakter beliau, sosoknya betul-betul manusia pilihan di Jabar. Saat menjadi Gubernur memiliki program Tibmantra yakni tertib, aman dan sejahtera. Pak Yogie Pernah juga menjabat sebagai Mendagri,” ujarnya .
Selanjut nya Eka menambahkan, gaya kepemimpinan yang dikenalnya yakni Mayjen Purn Nana Nuriana. Mantan Pangdam Siliwangi ini memimpin pada era 1993 hingga 2003.
Eka mengatakan, gaya Kepemimpinan Nuriana saat menjadi Gubernur di era krisis moneter dikenal dengan ide gagasan program pro rakyat yang bertajuk DAKABALAREA.
Eka menjelaskan, gagasan tersebut bermakna Daka: Dahareun loba kabeuli ku rakyat, yang artinya banyak makanan dan sanggup dibeli oleh rakyat. Kemudian Balarea: Barudak masih bisa sakola, artinya anak-anak masih bisa bersekolah. Selain Dakabalarea, program pengentasan kemiskinan saat krisis moneter, Nuriana juga memajukan santri melalui program Santri Raksa Desa.
Eka menambahkan, gaya kepemimpinan selanjutnya yakni Danny Setiawan pada periode 2003-2008. Sebagai lulusan STPDN Danny Setiawan mampu membangun komunikasi yang baik dengan DPRD Jabar.
“Setelah Kang Danny saya mengenal dekat dengan Gubernur Ahmad Heryawan dan Ridwan Kamil. Keduanya memiliki gaya komunikasi yang baik tapi juga tegas,” ujarnya.
“Kepemimpinan Ahmad Heryawan selama 10 tahun sampai sekarang masih dikenal masyarakat. Terbukti sekarang masih terpilih sebagai Anggota DPR RI’.
“Selanjutnya, saya melihat sosok Ridwan Kamil seperti Pak Sanusi sosok sipil yang berintelektual, berintegritas dan tegas. Tapi saya kecewa ketika Ridwan Kamil membawa gerbongnya yang masuk dalam tim Akselerasi Jabar dan dampaknya seperti kasus Bank BJB,” kata Eka menambahkan.
Terakhir, Eka menyarankan kepada Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi periode sekarang untuk bisa membuat kebijakan yang nyata dari hulu ketimbang terus membuat konten di platform media sosial.
“Tunggu saja gaya kepemimpinan seperti itu yang selalu membuat konten tapi belum ada regulasi yang dibuat. Contohnya saja ya, menegur Bupati Indramayu Lucky Hakim melalui medsos TikTok miliknya. Kenapa harus menegur lewat media sosial ? Kan bisa bangun komunikasi kepemimpinan dengan telepon langsung kenapa tidak ada melapor kalau pergi ke luar negeri, “ujarnya.
“Selanjutnya KDM ikut sibuk turun ke sungai yang kotor dan ikut bersih-bersih. Itu kan kesannya seperti pencitraan karena viral di medsos. Tapi sebagai Gubernur bukan begitu caranya. Harusnya bagaimana membuat regulasi yang kuat agar sampah mampu terkelola dengan baik, ” kata Eka menambahkan.
Eka pun menunggu kebijakan nyata KDM dalam hal lingkungan. Setelah melakukan segel di tempat wisata milik BUMD Jaswita, apakah ada tindakan nyata seperti hukuman atau sanksi karena melanggar aturan.
“Jelas jelas BUMD di bawah Pemprov Jabar telah melakukan pelanggaran lingkungan. Berani ga Dedi Mulyadi evaluasi Jaswita kalau bisa direkturnya dipecat atau mungkin Jaswitanya dibubarkan,” pungkasnya.
Jurnalis. : Red
Editor. : InfoNesia.me
Tinggalkan Balasan