Ngamprah| INFONESIA.ME // Dalam upaya nyata menekan angka anak putus sekolah di Kabupaten Bandung Barat, khususnya di wilayah Kecamatan Ngamprah, sebuah kegiatan penting digelar di SMA Negeri 1 Ngamprah, Desa Tanimulya.
Kegiatan ini bukan sekadar formalitas, melainkan wujud nyata kepedulian bersama untuk menyelamatkan masa depan generasi muda.
Acara tersebut dihadiri langsung oleh Camat Ngamprah, Agnes Virganty, S.STP., M.Si., didampingi PLT Kepala Sekolah SMA Negeri 1 Ngamprah, Ibu Lina, S.Pd., M.T., serta perwakilan dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Sekolah Menengah Atas, dan KCD 6 Provinsi Jawa Barat.
Turut hadir perwakilan lima desa di Kecamatan Ngamprah, yaitu Desa Tanimulya, Gadobangkong, Paku Haji, Margajaya, dan Mekarsari.
Fokus utama pertemuan ini adalah memberikan penyuluhan, wawancara, serta pendataan langsung terhadap anak-anak yang berpotensi atau telah mengalami putus sekolah.
Langkah ini dilakukan untuk memahami faktor penyebab yang melatarbelakangi, sekaligus merancang solusi nyata agar anak-anak tersebut dapat kembali mengenyam pendidikan.
Komitmen Bersama Tingkatkan Kualitas SDM Bandung Barat
Dalam Wawancaranya Camat Ngamprah Agnes Virganty menegaskan bahwa kegiatan ini sejalan dengan visi Pemerintah Provinsi Jawa Barat dan Kabupaten Bandung Barat, khususnya dalam peningkatan kualitas sumber daya manusia yang profesional, berdaya saing, dan berkarakter.
“Pendidikan adalah hak dasar setiap anak. Tidak boleh ada pembiaran terhadap anak-anak yang berhenti sekolah. Pemerintah harus hadir, turun tangan langsung mendampingi masyarakat. Saya bersama aparat desa, pendidik, dan tokoh masyarakat siap turun ke lapangan, mendatangi rumah-rumah untuk memberikan edukasi, pendampingan, serta mencari solusi terbaik agar mereka bisa kembali melanjutkan sekolah sesuai kemampuan dan kondisinya,” tegas Agnes.
Lebih lanjut, dirinya berharap agar program ini tak berhenti di tataran administrasi saja, melainkan menjadi gerakan sosial kolektif yang menyentuh hati dan kesadaran semua pihak akan pentingnya pendidikan untuk masa depan daerah.
Sekolah Terbuka, Solusi Pendidikan Gratis untuk Semua
PLT Kepala Sekolah SMA Negeri 1 Ngamprah, Lina, S.Pd., M.T., menjelaskan bahwa di wilayah Kecamatan Ngamprah telah tersedia SMA Terbuka yang telah berjalan lebih dari tiga tahun. Sistem belajarnya fleksibel, hanya dua kali pertemuan dalam seminggu, namun kurikulum dan ijazahnya setara dengan sekolah reguler.
“Anak-anak tetap bisa belajar meski memiliki kendala ekonomi atau waktu karena harus bekerja. Pembelajaran dilakukan di Pos RW Permata, dan tenaga pengajarnya dari SMA 1 Ngamprah langsung. Ijazahnya pun sama dengan siswa reguler, tidak ada perbedaan. Ini adalah alternatif terbaik bagi anak-anak yang terkendala mengikuti sekolah reguler,” jelas Lina.
Selain itu, tersedia juga jalur pendidikan non formal melalui Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) di setiap kecamatan, sebagai solusi bagi anak-anak yang ingin menyelesaikan pendidikan setingkat SMP atau SMA.
Dukungan Penuh dari Pemerintah Desa
Kepala Desa Tanimulya, Omin Effendi, mengapresiasi kehadiran Kementerian Pendidikan dalam program ini. Menurutnya, masalah anak putus sekolah tidak bisa dibiarkan. Pemerintah desa memiliki kewajiban moral dan sosial untuk memastikan anak-anak di wilayahnya bisa mengenyam pendidikan hingga tuntas.
“Kami sangat mendukung. Anak-anak yang putus sekolah tidak boleh dibiarkan. Pemerintah hadir di sini mencari solusi. Ke depan pendataan akan terus dilakukan, dan desa-desa lain di Kecamatan Ngamprah pun wajib mendukung gerakan ini,” ujarnya penuh semangat.
Langkah Awal Menuju Bandung Barat Bebas Anak Putus Sekolah
Kegiatan ini menjadi momentum awal bagi Kecamatan Ngamprah untuk melakukan pendataan dan penyisiran lebih luas terhadap anak-anak yang berhenti sekolah.
Nantinya, setiap desa akan menyerahkan data lengkap, dan bersama aparat kecamatan serta pihak sekolah, anak-anak tersebut diarahkan untuk mengikuti pendidikan formal maupun non formal yang telah disediakan pemerintah, tanpa biaya alias gratis.
Saat ini, di Kabupaten Bandung Barat telah tersedia beberapa sekolah terbuka, di antaranya:
1.SMA Negeri 2 Padalarang
2.SMA Negeri 1 Ngamprah
3.Cipatat
4.Cipeundeuy
5.Batujajar
6.Lembang 2
Semua sekolah ini menyediakan jalur pendidikan fleksibel bagi anak-anak yang tidak bisa bersekolah secara reguler karena berbagai alasan, baik ekonomi, sosial, maupun pekerjaan.
Harapan dan Komitmen ke Depan
Diharapkan melalui kolaborasi antara pemerintah pusat, provinsi, daerah, kecamatan, desa, sekolah, serta masyarakat, angka anak putus sekolah di Bandung Barat, khususnya Kecamatan Ngamprah, bisa ditekan secara signifikan.
Program ini bukan hanya menyelamatkan masa depan anak-anak, tetapi juga masa depan Kabupaten Bandung Barat. Karena generasi muda adalah aset daerah yang kelak akan menjadi pemimpin, tenaga kerja, dan tulang punggung pembangunan.
“Kami ingin memastikan tidak ada anak di Ngamprah yang putus sekolah hanya karena alasan biaya atau kesempatan. Pendidikan harus terbuka dan mudah diakses untuk semua,” tutup Camat Agnes.
Berita ini dapat dipublikasikan ke media lokal, portal pemerintahan, hingga akun media sosial desa dan kecamatan untuk meningkatkan kepedulian warga serta menyebarluaskan informasi bahwa solusi pendidikan alternatif di Bandung Barat tersedia gratis untuk siapa saja yang membutuhkannya.
Jurnalis : An / Red
Editor : Infonesia. me
Tinggalkan Balasan