[ad_1]

INFONESIA.ME – PT Pindad menyampaikan pentingnya pengembangan baja dalam negeri untuk memberi dorongan untuk kemandirian industri pertahanan Indonesia, dalam presentasinya pada Indonesia Metal Summit & Exhibition (ISSEI) 2025. Sementara waktu, sebagian besar baja militer yang sangat dibutuhkan untuk kendaraan tempur dan senjata masih diimpor, termasuk baja dengan spesifikasi tinggi. Untuk mengatasi ketergantungan ini, Pindad bekerja sama dengan PT Krakatau Metal dan BRIN untuk mengembangkan baja pertahanan dalam negeri. Fokus awal adalah pengembangan plat armor untuk kendaraan tempur ringan dan sedang.

Pindad memaparkan tantangan besar dalam industri pertahanan, di mana baja untuk kebutuhan kendaraan tempur, seperti Maung dan Anoa, serta senjata, masih didatangkan dari luar pintu negeri. Mereka membutuhkan sekitar 4.000 ton baja armor in keeping with tahun dan 2.000 ton baja struktural. Ke depan, Pindad mengharapkan bisa memproduksi baja berkualitas tinggi secara mandiri untuk meningkatkan ketahanan alutsista nasional.

Untuk hingga kemandirian tersebut, PT Pindad sudah memulai kolaborasi dengan Krakatau Metal dan BRIN pada 2025, dengan rencana pengembangan mencapai 2031. Salah satu pencapaian utama yang ingin dicapai adalah pembangunan pabrik untuk produksi baja spesifikasi militer dan senjata berat. Langkah ini diharapkan bisa mendorong terbentuknya ekosistem pertahanan nasional yang mandiri dan berdaya saing.

Selain itu, pengembangan baja pertahanan dalam negeri juga berpotensi membawa mempunyai pengaruh pada ekonomi besar. Pindad memproyeksikan bahwa kebutuhan kendaraan dan munisi untuk TNI dalam lima tahun ke depan bisa hingga Rp122 triliun. Jika 30-40 persen kebutuhan ini bisa dipenuhi dengan komponen dalam negeri, dampaknya cukup besar bagi perekonomian dan industri terkait. Dengan adanya upaya ini, Indonesia bisa menjadi pemain utama dalam produksi alutsista regional.

Sumber: VRITIMES

[ad_2]

Source link