Bandung Barat| INFONESIA.ME // Suasana mencekam meliputi wilayah Cipongkor, Kabupaten Bandung Barat. Sejak Senin malam hingga Selasa pagi, ratusan siswa tumbang setelah menyantap makanan dari Program Makan Bergizi Gratis (MBG).
Puskesmas Cipongkor dipadati para korban yang sebagian besar pelajar SMK Pembangunan, sementara keluarga mereka menunggu dengan cemas di luar ruang perawatan.
Bupati Bandung Barat, Jeje Ritchie Ismail, langsung datang ke lokasi pada Selasa siang. Dengan wajah serius, ia menyampaikan keprihatinannya kepada para korban.
“Ini sungguh peristiwa yang memilukan. Ada 364 siswa yang terkena dampaknya. Dari jumlah itu, 225 sudah dipulangkan, namun sisanya masih dalam perawatan. Saya, atas nama pribadi dan pemerintah daerah, menyampaikan doa, dukungan, dan rasa prihatin yang mendalam,” ujar Jeje.
Jeje menegaskan, pemerintah tidak akan tinggal diam. Status Kejadian Luar Biasa (KLB) telah ditetapkan, agar penanganan lebih cepat, terkoordinasi, dan menyeluruh.
Dapur MBG Cipongkor Ditutup, Investigasi Dimulai
Fokus penanganan tidak hanya pada korban, tetapi juga pada penyebab utama keracunan. Pemerintah Kabupaten Bandung Barat bergerak cepat dengan menutup sementara dapur MBG di Cipongkor.
“Investigasi harus dilakukan dari hulu ke hilir. Mulai dari perizinan, standar pengolahan, hingga kelayakan peralatan dapur. Kalau tidak memenuhi standar kesehatan, maka harus dihentikan sementara sampai ada perbaikan,” tegas Jeje.
Data terbaru juga mengungkap fakta yang cukup mengejutkan: dari total dapur MBG di Bandung Barat, terdapat 85 dapur yang belum memiliki sertifikasi sehat. Temuan ini memperkuat dugaan bahwa sistem pengawasan terhadap dapur MBG masih lemah.
“Yang kita tutup sementara ini baru dapur Cipongkor. Tapi evaluasi akan kita lakukan secara menyeluruh. Tidak boleh ada lagi dapur MBG yang beroperasi tanpa sertifikasi sehat. Ini menyangkut keselamatan ribuan siswa,” tambahnya.
Menunggu Hasil Uji Sampel
Tim kesehatan telah mengambil sampel makanan dari dapur Cipongkor. Hasil uji laboratorium diperkirakan baru akan keluar dalam 2–3 hari mendatang. Dari situlah pemerintah akan memastikan penyebab utama keracunan massal ini.
“Sementara menunggu hasil uji, kita fokus pada penanganan korban. Semua biaya perawatan ditanggung penuh oleh Pemda. Kami pastikan anak-anak mendapatkan perawatan terbaik sampai benar-benar pulih,” kata Jeje.
Program Mulia yang Perlu Evaluasi Serius
Program Makan Bergizi Gratis sejatinya bertujuan mulia: meningkatkan gizi anak sekolah dan mengurangi angka stunting. Namun, insiden di Cipongkor membuktikan bahwa niat baik tanpa pengawasan yang ketat bisa berubah menjadi bumerang.
“Program MBG ini sangat baik. Namun jika dalam distribusi, pengawasan, dan kualitas dapur masih ada kelemahan, maka harus diperbaiki total. Tidak boleh lagi ada anak-anak yang menjadi korban,” tegas Jeje.
Masyarakat Bandung Barat pun mendukung langkah tegas pemerintah. Orang tua siswa berharap agar evaluasi tidak hanya berhenti di Cipongkor, tetapi juga merata ke seluruh dapur MBG di Kabupaten Bandung Barat.
“Kalau dapurnya belum bersih, belum layak, lebih baik jangan dipaksakan. Anak-anak kita yang jadi taruhan,” ujar Siti Maryam, salah satu orang tua korban, dengan nada gemetar.
Harapan ke Depan
Pemerintah Kabupaten Bandung Barat berkomitmen untuk:
1. Menuntaskan penanganan korban hingga pulih sepenuhnya.
2. Melakukan investigasi menyeluruh terhadap dapur MBG, terutama yang belum bersertifikat.
3. Menutup sementara dapur yang tidak layak, hingga memenuhi standar kesehatan.
4. Memperketat pengawasan distribusi dan pengolahan makanan agar insiden serupa tidak terulang.
“Ini bukan hanya soal evaluasi, tapi soal nyawa dan masa depan anak-anak kita. Kejadian ini jadi pelajaran penting untuk memperbaiki sistem. Saya pastikan Pemkab tidak tinggal diam,” tutup Jeje.
Dengan tegas, Bupati Jeje menggaris bawahi bahwa program MBG akan terus berjalan, namun dengan pengawasan jauh lebih ketat. Bandung Barat kini menunggu hasil investigasi, sementara para orang tua hanya berharap anak-anak mereka segera pulih dan bisa kembali belajar seperti biasa.
Jurnalis. : An/Red
Editor. : Infonesia.me
Tinggalkan Balasan