INFONESIA.ME – Harga emas (XAU/USD) merasakan pemulihan setelah sempat hingga degree terendah satu bulan pada perdagangan Kamis (20/12). Lonjakan harga emas ke degree tertinggi harian $2.622 didorong oleh meningkatnya sentimen risiko global karena itu pernyataan hawkish dari Federal Reserve (The Fed) dan kekhawatiran terkait geopolitik serta perang dagang. Tetapi, analis Dupoin Indonesia, Andy Nugraha, mengingatkan bahwa tren bearish masih mendominasi pergerakan emas, dengan potensi harga turun sampai $2.583 sebelum rebound ke $2.621.

Tekanan pada harga emas juga disebabkan oleh kenaikan imbal hasil obligasi pemerintah Amerika Serikat dan penguatan Dolar Amerika Serikat, yang untuk saat ini berada di degree tertinggi dua tahun. Meski demikian The Fed kembali menurunkan suku bunga untuk ketiga kalinya sejak September, mereka memberi sinyal untuk memperlambat laju pemotongan di masa depan. Hal ini memberi dorongan untuk imbal hasil obligasi 10 tahun Amerika Serikat, yang menjadi salah satu hambatan utama bagi emas yang sepertinya tidak memberikan imbal hasil.

Sementara, tekanan di pasar ekuitas Amerika Serikat telah memberikan efek spillover ke bursa Asia, yang turut memberi dorongan untuk aset secure haven seperti emas. Tetapi, investor tetap berhati-hati sebab penguatan Dolar Amerika Serikat diprediksi akan membatasi potensi kenaikan harga emas lebih lanjut. Pergerakan XAU/USD juga akan dipengaruhi oleh information ekonomi Amerika Serikat, seperti laporan akhir PDB Kuartal III, klaim pengangguran mingguan, dan information inflasi PCE, yang menjadi fokus utama pasar.

Secara keseluruhan, meski demikian harga emas mendapat dorongan dari risiko global yang memburuk, kebijakan hawkish The Fed dan kekuatan Dolar Amerika Serikat masih menjadi tantangan besar. Dalam waktu dekat, dealer disarankan untuk memperhatikan degree reinforce $2.583 sebagai enviornment kritis, dengan peluang buying and selling purchase jangka pendek jika terjadi rebound yang signifikan.

Sumber: VRITIMES

member



Source link