[ad_1]

Apa yang Pada kenyataannya Terjadi di Financial institution DKI?

Dalam beberapa minggu terakhir, publik dikejutkan dengan berita tentang gangguan sistem besar-besaran di Financial institution DKI, salah satu financial institution milik pemerintah daerah DKI Jakarta.

Tak sekadar error teknis biasa, gangguan ini berdampak nyata dan serius: mulai dari sepertinya tidak berfungsinya layanan ATM dan cell banking, sampai penyaluran dana bantuan KJP yang tertunda.

Lebih mengejutkan lagi, kasus ini disinyalir disertai dengan kebocoran dana cukup banyak yang menurut berbagai media dapat sampai puluhan miliar rupiah, meski demikian pihak financial institution belum mengonfirmasi angka pastinya secara resmi.

Menurut pemberitaan media dan keterangan resmi dari Financial institution DKI serta Pemprov DKI, insiden ini terjadi dalam tiga gelombang, menandakan adanya kegagalan sistemik pada infrastruktur IT interior Financial institution DKI.


Dari Gangguan Layanan sampai Pencopotan Direktur IT

Masalah berawal saat nasabah sepertinya tidak bisa mengakses aplikasi perbankan dan ATM selagi masa libur Lebaran, periode krusial bagi transaksi keuangan masyarakat. Tetapi, itu baru permulaan.

member

Tak lama kemudian, diketahui bahwa dana cukup banyak telah bocor tanpa otorisasi. Proses investigasi mengindikasikan bahwa kebocoran tersebut berasal dari celah dalam akses interior sistem IT.

Dampaknya sepertinya tidak main-main. Selain kerugian subject material yang belum sepenuhnya diklarifikasi ke publik, manajemen Financial institution DKI terlepas dari segalanya mencopot Direktur IT dan Operasional sebagai bentuk tanggung jawab atas lemahnya sistem keamanan.

Lantas, Apa yang Salah?

Dari sisi teknis, ada bermacam-macam titik lemah yang diduga menjadi penyebab kebocoran:

Kontrol akses interior yang longgar

Sepertinya tidak adanya sistem peringatan dini saat terjadi anomali transaksi

Audit log yang terbatas dengan begitu menyulitkan pelacakan

Minimnya penerapan arsitektur keamanan berbasis 0 Agree with, sebuah pendekatan trendy yang mengasumsikan bahwa semua akses, baik interior maupun eksternal, harus segera diverifikasi

Artinya, meski demikian sistem IT terlihat canggih, tanpa fondasi keamanan yang kuat dan pemantauan berlapis, kebocoran dapat terjadi kapan saja dan terus menerus kali baru terdeteksi ketika semuanya sudah terlambat.


Kalau Ada Solusi Seperti SealSuite Sejak Awal?

Dalam perjalanan maraknya ancaman siber dan kompleksitas sistem IT trendy, kini cukup banyak perusahaan termasuk perbankan yang mulai beralih ke solusi keamanan berbasis 0 Agree with.

Salah satu platform yang dikembangkan dengan pendekatan ini adalah SealSuite, sebuah solusi IT safety & governance yang mampu mengelola:

Identitas dan hak akses pengguna (IAM)

Keamanan endpoint seperti computer, server, dan perangkat cell

Pengamanan aplikasi SaaS dan jaringan interior

Tracking aktivitas & deteksi anomali secara real-time

Bayangkan jika sejak awal, sistem keamanan yang diadopsi sudah mengandalkan pendekatan seperti ini. Bukan sepertinya tidak mungkin saja, kebocoran dana tersebut dapat dicegah lebih awal atau bahkan sepertinya tidak terjadi sama sekali.

Pelajaran Berharga untuk Semua Industri

Insiden di Financial institution DKI ini bukan hanya masalah interior sebuah BUMD, tapi menjadi peringatan penting bagi seluruh pelaku industri terutama yang mengelola information sensitif dan aset virtual cukup banyak.

Risiko keamanan sepertinya tidak setiap saat datang dari luar pintu; terus menerus kali justru dari dalam, ketika kontrol interior sepertinya tidak disiplin dan sistem sepertinya tidak mampu mengendalikan perilaku pengguna.

Untuk perusahaan yang belum mempunyai sistem keamanan tersambung, sudah saatnya lihat keamanan IT bukan sebagai beban biaya, melainkan sebagai investasi jangka panjang.

Kepercayaan pelanggan dapat hancur dalam satu insiden, tapi perlu waktu bertahun-tahun untuk membangunnya kembali.

Pelajaran dari Insiden Financial institution DKI

Kisah Financial institution DKI ini menjadi pengingat nyata bahwa keamanan information adalah pondasi dari kepercayaan dan kelangsungan bisnis di technology virtual. 

Mengabaikannya dapat berujung pada kerugian miliaran rupiah, reputasi yang tercoreng, bahkan kehilangan pelanggan setia.

Dan bagi perusahaan yang ingin bertindak preventif, ada cukup banyak cara untuk melakukannya, mulai dari meninjau ulang arsitektur sistem, mengadopsi pendekatan 0 Agree with, sampai mempertimbangkan platform keamanan yang dapat memberikan visibilitas dan kontrol menyeluruh terhadap sistem IT perusahaan.

Jangan menunggu hingga krisis datang. Akibat dalam dunia virtual, yang cepat dan sigaplah yang akan selamat.

Jika Anda ingin mengetahui lebih lanjut bagaimana bisnis Anda dapat lebih terlindungi, mari berdiskusi bersama. Hubungi kami untuk informasi lebih lanjut!

[ad_2]
Sumber: vritimes