INFONESIA.ME |Bandung Barat //
Suara rakyat kembali bergema di tengah pertemuan reses yang penuh makna.
Anggota DPRD Kabupaten Bandung Barat dari Fraksi Partai Demokrat, Pither Tjuandys, D.I.P., M.M, menggelar Reses Masa Sidang I Tahun Sidang Ke-2 di Rumah Makan BBC Babakan Cinta, Pasirhalang, Kecamatan Cisarua, pada Rabu, 15 Oktober 2025.
Kegiatan ini bukan sekadar rutinitas formal anggota dewan, melainkan bentuk nyata kehadiran wakil rakyat di tengah masyarakat, mendengarkan langsung denyut nadi persoalan dan harapan yang tumbuh di desa-desa.
Sebagai wakil rakyat dari Daerah Pemilihan III (Lembang, Cisarua, dan Parongpong), Pither mengundang perwakilan dari berbagai desa, seperti Kertawangi, Jambudipa, Tugu Mukti, Pasirhalang, Cipada, dan Sadang Mekar.
Mereka datang membawa suara warganya dari petani, pelaku UMKM, perangkat desa hingga tokoh masyarakat semuanya menyuarakan kebutuhan yang sangat dekat dengan kehidupan sehari-hari.
Dalam forum dialog terbuka itu, Pither Tjuandys mendengarkan dengan penuh kesungguhan setiap aspirasi yang disampaikan. Suasana berlangsung akrab dan egaliter, mencerminkan semangat “dari rakyat untuk rakyat”.

“Reses ini bukan hanya seremonial. Ini wadah kita untuk menyusun arah pembangunan yang berangkat dari kebutuhan nyata masyarakat. Semua masukan akan kami telaah dan sesuaikan dengan RPJMD agar dapat diprioritaskan dalam penganggaran daerah,” tutur Pither.
Isu-isu yang mengemuka tidak hanya seputar pembangunan fisik seperti perbaikan TPT (Tembok Penahan Tanah) yang rawan longsor, pembuatan sumur bor untuk air bersih, atau perbaikan jalan lingkungan,sampah tetapi juga menyentuh dimensi sosial ekonomi masyarakat pedesaan.
Banyak warga yang berharap agar program pertanian, peternakan, dan pemberdayaan ekonomi desa mendapat perhatian lebih dari pemerintah daerah.
Salah satu aspirasi paling mendesak datang dari warga Desa Padaasih yang mengkhawatirkan kondisi TPT kritis yang berpotensi menelan korban jiwa jika tidak segera ditangani.
Selama ini, keterbatasan dana desa membuat sejumlah infrastruktur vital tidak dapat ditangani secara maksimal. Karena itu, masyarakat menaruh harapan besar agar pemerintah kabupaten melalui dukungan DPRD dapat mengalokasikan anggaran melalui APBD untuk intervensi nyata di lapangan.
Pither menegaskan, kehadiran anggota dewan di tengah masyarakat harus membawa dampak nyata, bukan sekadar janji politik.
Ia berkomitmen mengawal setiap aspirasi agar tidak berhenti di catatan laporan, tetapi terwujud menjadi program nyata yang dirasakan langsung manfaatnya oleh masyarakat.
“Ketika masyarakat menyampaikan aspirasinya, itu bukan hanya permintaan, tapi juga bentuk kepercayaan. Tugas kami adalah menjaga kepercayaan itu agar tidak sia-sia,” tegas Pither dengan nada penuh tanggung jawab.
Lebih jauh, Pither menekankan bahwa pembangunan daerah tidak boleh hanya terfokus di pusat kota, melainkan harus merata hingga ke pelosok-pelosok desa.
Menurutnya, desa adalah jantung pembangunan Kabupaten Bandung Barat. Apabila desa maju dan mandiri, maka kemajuan kabupaten akan mengikuti secara alami.
Ia juga menyoroti pentingnya sinkronisasi antara kebijakan pemerintah daerah dengan aspirasi masyarakat di lapangan. Tanpa penyelarasan itu, pembangunan sering kali tidak tepat sasaran dan justru menimbulkan kesenjangan.
“Kita tidak bisa hanya membangun dari atas ke bawah. Pembangunan yang berkelanjutan justru lahir dari bawah, dari kebutuhan yang diutarakan masyarakat sendiri,” ujarnya.
Selain mendengarkan aspirasi, kegiatan reses juga menjadi momentum mempererat tali silaturahmi dan menumbuhkan kembali semangat kebersamaan antara rakyat dan wakilnya.
Bagi Pither Tjuandys, reses bukan sekadar forum formal, melainkan proses dialog kemanusiaan yang meneguhkan makna demokrasi lokal: bahwa rakyat adalah sumber utama dari setiap kebijakan pembangunan.
Di akhir kegiatan, sejumlah tokoh masyarakat mengungkapkan apresiasinya atas ketulusan dan konsistensi Pither Tjuandys yang dinilai selalu turun langsung menyapa warga, tanpa sekat dan tanpa jarak.
Ia menjadi contoh bahwa politik yang sehat adalah politik yang menghidupkan harapan, bukan menanamkan kekecewaan.
Jurnalis. : An/Red
Editor. : INFONESIA.ME