INFONESIA.ME|BANDUNG BARAT // Dalam upaya memperkuat sistem kewaspadaan dini terhadap penyakit zoonosis, Dinas Perikanan dan Peternakan Kabupaten Bandung Barat (Disnakan KBB) menggelar Sosialisasi dan Pembekalan Kader Siaga Zoonosis (Kasizo) di Aula Kecamatan Cipatat, Rabu (12/11/2025).
Kegiatan ini diikuti oleh puluhan kader dari empat kecamatan, yakni Cikalongwetan, Cipeundeuy, Cipatat, dan Saguling.
Mereka dilatih untuk menjadi agen perubahan di tingkat masyarakat dalam pencegahan, deteksi dini, dan pelaporan kasus penyakit zoonosis, seperti rabies, antraks, leptospirosis, brucellosis, hingga flu burung (avian influenza).

Turut hadir dalam kegiatan tersebut Kepala Dinas Perikanan dan Peternakan KBB, drh. Wiwin Aprianti, M.Si, didampingi Kepala Bidang Kesehatan Hewan drh. Acep Rohimat, M.Tr.AP, serta narasumber dari Direktorat Kesehatan Masyarakat Veteriner (KESMAVET) Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian, drh. Agus Jaelani, M.Si.
Dalam sambutannya, drh. Wiwin Aprianti menegaskan bahwa keterlibatan masyarakat merupakan kunci utama dalam pengendalian penyakit zoonosis, karena sebagian besar kasus berawal di lingkungan sekitar yang sering luput dari pantauan petugas teknis.

“Kader Zoonosis adalah ujung tombak di lapangan. Mereka menjadi jembatan antara petugas dinas dengan masyarakat, menyampaikan edukasi, serta memberikan informasi dini apabila terjadi gejala atau dugaan kasus zoonosis di wilayahnya,” ujar Wiwin.
Wiwin juga menambahkan bahwa keberadaan Kader Siaga Zoonosis merupakan bentuk kolaborasi nyata antara pemerintah daerah dan masyarakat dalam menjaga kesehatan hewan sekaligus manusia.
Program ini juga mendukung konsep “One Health”, yakni pendekatan terpadu antara sektor kesehatan hewan, kesehatan manusia, dan lingkungan.
Sementara itu, drh. Acep Rohimat dalam materinya menekankan pentingnya jejaring komunikasi lintas sektor agar setiap laporan kasus bisa segera ditindaklanjuti.
Ia berharap, melalui pelatihan ini, Kader Zoonosis dapat memahami tata laksana dasar zoonosis, teknik komunikasi efektif, serta tata cara pelaporan yang akurat.
Materi yang disampaikan juga mencakup pengenalan penyakit zoonosis prioritas, strategi pencegahan berbasis masyarakat, penggunaan flipchart edukatif, hingga simulasi Komunikasi, Informasi, dan Edukasi (KIE).
“Kami ingin kader-kader ini tidak hanya memahami teori, tetapi juga mampu menjadi fasilitator di tengah masyarakat, menggerakkan warga untuk peduli terhadap kesehatan hewan peliharaan dan lingkungan,” tambah drh. Agus Jaelani.
Kegiatan sosialisasi ini diharapkan dapat membentuk jejaring kewaspadaan dini di tingkat desa dan kecamatan, sehingga respon terhadap kasus zoonosis bisa lebih cepat, tepat, dan terkoordinasi.
Dengan adanya Kader Siaga Zoonosis (Kasizo) di Bandung Barat, pemerintah optimistis potensi penularan penyakit dari hewan ke manusia dapat ditekan secara signifikan, sejalan dengan visi daerah untuk menciptakan masyarakat sehat, tangguh, dan berdaya saing.
Jurnalis. : An/Red
Editor. : InfoNesia.me





