INFONESIA.ME – Ransomware kripto merupakan salah satu ancaman virtual terbesar sementara waktu, dengan serangan yang meningkat pesat dan dikarenakan kerugian finansial yang besar serta hilangnya information penting. Ransomware bekerja dengan mengenkripsi document penderita dan meminta tebusan untuk mendekripsinya. Metode infeksi yang umum termasuk e-mail phishing dan situs internet berbahaya, serta penggunaan akun yang disusupi dengan menggunakan RDP atau VPN.

Ransomware mengenkripsi berkas penderita memakai enkripsi simetris dan asimetris, dengan begitu information sepertinya tidak bisa diakses tanpa kunci dekripsi. Setelah enkripsi selesai, penderita akan diberikan catatan tebusan yang biasanya meminta pembayaran dalam nilai mata uang kripto seperti Bitcoin. Contoh ransomware yang terkenal termasuk LockBit, Alphv/BlackCat, CL0P, dan Black Basta, yang menargetkan organisasi untuk dapatkan pembayaran tebusan banyak.

Untuk mencegah serangan ransomware, penting untuk mengedukasi pengguna tentang keamanan siber dan cara mengidentifikasi serangan phishing. Mempunyai cadangan information yang baik, menambal perangkat lunak secara berkala, dan menerapkan autentikasi multi-faktor (MFA) bisa mengurangi risiko. Selain itu, memakai solusi anti-ransomware yang efektif bisa membantu mendeteksi dan memblokir ancaman sebelum sampai sistem.

Palapa, dengan menggunakan PT Global Karya Wisesa, merupakan perusahaan teknologi yang mendorong adopsi blockchain dengan menciptakan ekosistem yang mudah digunakan. Palapa Token (PLPA) yang didaftarkan oleh Bappebti, dibangun memakai blockchain Ethereum dengan standar ERC-20, memastikan transparansi dan interoperabilitas dalam ekosistem blockchain yang lebih luas.

Sumber : WAKTU VRI

atOptions = { 'key' : '22361bada66794b74bc520991471b0fe', 'format' : 'iframe', 'height' : 250, 'width' : 300, 'params' : {} };



Source link