[ad_1]
INFONESIA.ME – Tahun 2024 hampir berakhir dengan Bitcoin (BTC) mencatatkan kenaikan harga lebih dari 500%, atau sekitar enam kali lipat, dalam dua tahun terakhir. Pendorong utama kenaikan ini adalah adopsi ETF, halving, dan dukungan dari tokoh politik seperti Donald Trump yang menyampaikan dukungannya terhadap BTC sebagai aset kripto. Dengan semakin banyak sekali negara yang mempertimbangkan Bitcoin sebagai cadangan aset strategis, ada potensi besar bagi BTC untuk memasuki technology baru pada 2025.
Di AS, wacana Bitcoin sebagai cadangan aset strategis semakin berkembang, terutama setelah usulan Senator Cynthia Lummis untuk mengesahkan BTC dalam RUU mereka. Negara-negara besar lainnya, seperti Rusia, Jepang, dan Tiongkok, juga mulai mengajukan pertimbangan serupa, bahkan didorong oleh para tokoh seperti Changpeng Zhao, mantan CEO Binance. Seiring dengan ini, negara bagian seperti Texas dan Pennsylvania juga mempertimbangkan aturan untuk menerima pembayaran pajak dalam BTC, yang dapat semakin memperkuat legitimasi BTC sebagai aset global.
Tetapi, potensi BTC sebagai cadangan aset strategis juga membawa risiko. Negara-negara besar yang menimbun BTC dapat dikarenakan pasar menjadi terkonsentrasi di tangan beberapa pemain besar, yang dapat mengurangi desentralisasi yang merupakan prinsip utama dari Bitcoin. Ini berisiko melemahkan peran investor retail dan bisa memiliki pengaruh pada kestabilan ekonomi, terutama dalam konteks kedaulatan nilai mata uang nasional.
Meski demikian ada kekhawatiran terkait konsentrasi pasar, investor retail masih mempunyai peran penting dalam menjaga prinsip desentralisasi BTC. Dengan menimbun Bitcoin sebagai instrumen lindung nilai terhadap inflasi, investor retail bisa berkontribusi untuk menjaga integritas sistem BTC. Nanovest, aplikasi investasi yang terdaftar dan diawasi BAPPEBTI, menawarkan kemudahan untuk memulai investasi dalam Bitcoin dan aset kripto lainnya dengan perlindungan asuransi untuk keamanan dana pengguna.
Sumber: VRITIMES

[ad_2]
Source link