[ad_1]
Semarang, 10 Juni 2025 — Dalam perjalanan meningkatnya tuntutan terhadap aksi nyata dalam menghadapi krisis iklim, efektivitas skema carbon offset kembali menjadi perbincangan. Dalam jumlah besar pihak mempertanyakan apakah program ini masih relevan, sementara itu yang lain untuk memeriksa sebagai bagian integral dari strategi mitigasi emisi karbon. Sejalan dengan itu, LindungiHutan turut mengangkat isu ini sebagai penyedia layanan carbon offset berbasis ekosistem alami di Indonesia.
Carbon offset adalah mekanisme di mana individu atau entitas bisnis bisa mengimbangi jejak karbonnya dengan mendanai proyek-proyek konservasi, seperti penanaman pohon atau perlindungan hutan. Menurut Sahil et al. (2023), skema ini idealnya digunakan kebersamaan dengan upaya pengurangan emisi secara langsung dan bukan sebagai pengganti. Tetapi, laporan Science dan Nature dalam dua tahun terakhir memperlihatkan adanya tantangan serius, seperti penghitungan emisi yang sepertinya tidak akurat dan kurangnya transparansi dalam pelaporan mempengaruhi jangka panjang.
Menanggapi hal ini, Miftachur “Ben” Robani, CEO LindungiHutan menyatakan bahwa transparansi dan tracking berbasis komunitas lokal menjadi kunci dari program carbon offset yang bertanggung jawab. “Kami sadar bahwa kredibilitas program sangat bergantung pada pengukuran yang akurat dan partisipasi masyarakat di lapangan. Maka dari itu, semua proyek offset kami disertai dengan mekanisme pelaporan terbuka, melibatkan petani penggerak, serta pemantauan berkelanjutan,” ujarnya.
Dengan cara program carbon offset LindungiHutan, perusahaan maupun individu bisa berkontribusi langsung dalam rehabilitasi ekosistem seperti mangrove, hutan lindung, dan kawasan rawan longsor. Salah satu contohnya adalah rehabilitasi pesisir di Semarang dan Kendal, di mana ribuan pohon mangrove ditanam untuk menolak abrasi dan menyerap karbon.
Studi oleh Donato et al. (2011) memperlihatkan bahwa penyerapan karbon di ekosistem mangrove pesisir 2 sampai 4 kali lebih tinggi dibandingkan hutan tropis, dengan cadangan karbon overall yang dapat 3 sampai 5 kali lebih besar sekali berkat penyimpanan signifikan di bawah tanah. Maka dari itu, LindungiHutan secara aktif menjadikan mangrove sebagai salah satu foundation utama dalam program offset-nya.

Pakar lingkungan dari berbagai institusi menegaskan bahwa program carbon offset tetap mempunyai tempat penting dalam time table iklim global, semasa dikelola secara kredibel. Dalam sebuah ulasan oleh Nature (2023), dikatakan bahwa program offset yang berbasis pada solusi berbasis alam (nature-based answers) mempunyai peluang paling besar untuk menghasilkan mempengaruhi ekologis nyata.
“Carbon offset bukan solusi tunggal, namun ia dapat menjadi jembatan penting bagi perusahaan yang sedang dalam transisi menuju praktik bisnis rendah karbon,” kata Aminul Ichsan, Ketua Yayasan LindungiHutan.
Dengan meningkatnya kesadaran publik dan sorotan terhadap praktik greenwashing, transparansi dan keakuratan information menjadi keharusan dalam setiap inisiatif lingkungan. LindungiHutan mengharapkan diskursus publik mengenai carbon offset terus berkembang, dengan pendekatan yang berbasis ilmu pengetahuan dan kebutuhan komunitas akar rumput.
Sebagai penyedia layanan offset berbasis konservasi lokal, LindungiHutan menekankan pentingnya kolaborasi lintas sektor untuk mewujudkan pemulihan iklim yang adil, inklusif, dan berkelanjutan.
[ad_2]
Sumber: vritimes