INFONESIA.ME – Kebijakan tarif impor baru yang diumumkan Presiden Amerika Serikat Donald Trump terhadap beberapa negara, termasuk Indonesia, telah memicu gejolak di pasar global. Ketegangan ini tak hanya mengguncang pasar saham, namun juga berdampak signifikan pada aset virtual. Harga Bitcoin (BTC) tercatat anjlok lebih dari 7% dalam waktu 24 jam, diikuti oleh penurunan tajam pada altcoin seperti Ethereum, Solana, dan XRP. Analisis teknikal juga memperlihatkan pola yang mengindikasikan potensi pelemahan lanjutan.
Kondisi ini turut memengaruhi sentimen investor kripto di Indonesia yang kini lebih berhati-hati dalam memutuskan investasi. Ryan Lymn, CEO Bittime, menyatakan bahwa volatilitas pasar merupakan tantangan serius bagi pelaku industri. Ia menegaskan pentingnya peran platform perdagangan kripto dalam memberikan edukasi dan menciptakan rasa aman dalam perjalanan fluktuasi tinggi pasar.
Sebagai bentuk strategi menghadapi ketidakstabilan ini, Ryan menyarankan pemanfaatan fitur staking dan metode Buck Value Averaging (DCA). Staking memungkinkan investor memperoleh imbal hasil pasif dengan mengunci aset dalam jangka waktu tertentu, untuk saat ini DCA dianggap cocok untuk pemula akibat membantu menyeimbangkan harga beli dengan cara pembelian berkala dalam jumlah tetap.
Ryan juga menekankan bahwa pendekatan investasi harus segera disesuaikan dengan profil risiko masing-masing individu. Alternatifnya, bagi investor berpengalaman, kondisi pasar seperti ini justru dianggap hal itu sebagai peluang beli saat harga turun. Dengan semakin jelasnya regulasi dan berkembangnya teknologi, masyarakat Indonesia kini lebih siap untuk menjelajahi dunia aset virtual dengan lebih yakin diri.
Sumber: VRITIMES

ย