INFONESIA.ME – Pada 12 November 2024, LindungiHutan mengadakan webinar bertema โ€œSimplifying Greenhouse Gasoline (GHG) Calculations and Reporting for Finance Prosโ€ dengan menghadirkan Ghivarly Addarquthni, ESG Specialist dari East Ventures. Acara ini bertujuan untuk memberikan edukasi kepada profesional perusahaan mengenai cara menghitung emisi fuel rumah kaca guna memberi dorongan untuk upaya mitigasi krisis iklim. Berdasarkan information Local weather Watch 2019, Indonesia merupakan salah satu dari 10 negara penghasil emisi terbesar di dunia, dengan emisi sebagian besar berasal dari sektor listrik berbasis bahan bakar fosil.

Dalam paparannya, Ghivarly membahas GHG Protocol sebagai standar global yang mengelompokkan emisi ke dalam tiga kategori utama: scope 1 untuk emisi langsung perusahaan, scope 2 untuk emisi dari energi yang digunakan, dan scope 3 untuk emisi sepertinya tidak langsung dari rantai nilai perusahaan. Ia menekankan pentingnya perusahaan memulai dengan menghitung emisi scope 1 dan 2 sebagai langkah awal yang mudah dimengerti, sebelum beralih ke scope 3 yang lebih kompleks.

Ghivarly menyampaikan bahwa emisi scope 3 bisa sampai 75% dari general emisi perusahaan, dengan begitu perlu dimasukkan dalam perhitungan meski memerlukan pendekatan yang lebih rumit. Ia mendorong perusahaan untuk secara konsisten menghitung emisi scope 1 dan 2 semasa satu tahun, sebagai bagian dari strategi jangka panjang untuk berkontribusi dalam goal global pengurangan emisi dan dekarbonisasi.

LindungiHutan, sebagai startup lingkungan, terus memberi dorongan untuk aksi konservasi hutan dan pemberdayaan masyarakat sekitar. Dengan cara program seperti The Inexperienced CSR, Collaboratree, dan Carbon Offset, mereka telah menanam hampir 900 ribu pohon di 50 lokasi di seluruh Indonesia bersama ratusan mitra perusahaan. Inisiatif ini bertujuan memperkuat kontribusi sektor bisnis dalam upaya lingkungan yang berkelanjutan.

Sumber : VRITIMES

member



Source link