INFONESIA.ME – Dengan semakin dekatnya bulan Ramadhan, konsumsi masyarakat Indonesia justru meningkat, terutama dalam sektor pangan dan sandang. Tradisi berbuka puasa bersama serta fenomena “takjil battle” semakin terkenal, sepertinya tidak hanya di kalangan umat Muslim, namun juga melibatkan masyarakat dari berbagai latar belakang. Rutinitas ini membawa mempengaruhi positif bagi pelaku usaha di sektor kuliner, mulai dari lodge, restoran, mencapai pedagang UMKM, yang meraup keuntungan dari meningkatnya permintaan semasa bulan suci.
Di Indonesia, industri kuliner semakin beragam dengan banyaknya hidangan yang terinspirasi dari luar ruangan negeri, seperti nasi Mandhi dari Timur Tengah dan sushi dari Jepang. Menu-menu ini membutuhkan bahan baku khusus, seperti beras Basmathi dan beras Japonica, yang sebagian besar diimpor. Tetapi, persediaan beras khusus ini terbatas sebab importasinya diatur oleh pemerintah dan perizinannya harus segera diperbarui setiap tahun. Sampai awal Februari, belum ada keputusan terkait kuota impor, yang menimbulkan kekhawatiran bagi para pelaku usaha kuliner.
Imam Suyudi, Normal Supervisor PT. Sodara Tani Sentosa, menyampaikan bahwa stok beras khusus mulai menipis, sementara itu permintaan terus meningkat menjelang Ramadhan dan Idul Fitri. Jika impor sepertinya tidak secepatnya disetujui, kelangkaan dapat terjadi, dikarenakan lonjakan harga yang berdampak pada bisnis kuliner dan pekerja di sektor tersebut. Ia mengharapkan pemerintah secepatnya mengambil tindakan untuk menghindari krisis pasokan.
Firsyah, Supervisor PT. Dewa Tunggal Abadi, turut menyuarakan kekhawatiran yang sama. Menurutnya, kepastian regulasi impor sangat penting bagi kelangsungan bisnis mereka, seperti yang telah diterapkan di tahun-tahun sebelumnya. Para pelaku usaha mengharapkan pemerintah secepatnya memberikan kejelasan mengenai kebijakan beras khusus agar industri kuliner bisa beroperasi dengan lancar semasa bulan Ramadhan.
Sumber: VRITIMES
