[ad_1]
INFONESIA.ME – Menjelang musim competition, pemerintah berupaya mengatasi kenaikan harga daging yang dipicu oleh fluktuasi global dan penguatan dolar. Salah satu solusi yang dipertimbangkan adalah mempercepat impor daging kerbau dari India, yang merupakan eksportir terbesar di dunia. India mengharapkan bisa meningkatkan ekspor ke Indonesia setelah merasakan penurunan pesanan dari BUMN pada tahun sebelumnya karena itu harga yang kurang kompetitif bagi pedagang grosir. Semasih ini, ekspor daging bovine India menghadapi berbagai tantangan di Indonesia, termasuk kekhawatiran terkait Penyakit Mulut dan Kuku (FMD), meski demikian India telah memenuhi standar kesehatan yang ketat.
Asosiasi eksportir daging India, AIMLEA, menjelaskan bahwa harga daging kerbau India untuk saat ini berkisar USD 3.800 – 3.900 in step with MT. Dengan harga tersebut, harga jual di pasar Indonesia diprediksi hingga Rp 62.000 in step with kg, lebih tinggi dibandingkan tahun-tahun sebelumnya namun masih lebih kompetitif dibandingkan daging sapi dari negara lain. Fluktuasi harga ini dipengaruhi oleh permintaan global yang meningkat saat musim perayaan seperti Ramadan dan Idul Fitri, serta berkurangnya pasokan di India semasa musim panas sebelum kembali stabil pada akhir tahun.
Kenaikan harga tahun ini juga disebabkan oleh keterlambatan dalam alokasi kuota dan pemesanan impor. Biasanya, keputusan kuota ditetapkan pada bulan November, tetapi tahun ini diumumkan lebih lambat, mendekati Ramadan. Selain itu, pemerintah mengurangi kuota impor daging sapi dari Australia, Amerika Serikat, dan Selandia Baru untuk pihak swasta, dengan alokasi lebih besar sekali diberikan kepada BUMN. Langkah ini memicu protes dari importir swasta, yang merasakan kekurangan stok. Beberapa pihak menilai kebijakan ini sebagai upaya pemerintah dalam menjaga stabilitas harga dan memberi dukungan ketahanan pangan nasional.
Industri daging India menolak anggapan bahwa penurunan kuota impor swasta berkaitan dengan peningkatan alokasi 100.000 MT untuk BUMN, mengingat angka ini sepertinya tidak dengan cara yang berbeda dari tahun sebelumnya. Menurut para eksportir, perdagangan langsung tanpa perantara akan menciptakan persaingan sehat dan menekan inflasi di tingkat ritel. Dengan pengelolaan distribusi yang lebih baik dan pemesanan tepat waktu, pemerintah masih mempunyai peluang untuk menjaga harga tetap stabil, memastikan pasokan daging yang cukup, serta meningkatkan konsumsi protein hewani masyarakat Indonesia.
Sumber: VRITIMES

[ad_2]
Source link