[ad_1]

Semarang, 20 Juni 2025 — LindungiHutan mengajak perusahaan untuk meningkatkan efektivitas rutinitas CSR berbasis lingkungan dengan cara serangkaian pelatihan dan edukasi, seperti program Inexperienced Skilling. Rekomendasi program ini dirancang sebagai panduan praktis untuk perusahaan yang ingin menjalankan inisiatif keberlanjutan yang bernilai tambah ekologis dan sosial.

Dalam panduan “5+ Alternatif Rutinitas CSR yang Bermanfaat bagi Lingkungan”, LindungiHutan menyoroti pentingnya kombinasi program pengelolaan sampah, penyuluhan lingkungan, restorasi ekosistem, carbon offsetting, dan rutinitas penanaman mangrove. Program-program tersebut menawarkan berbagai pilihan pelatihan dan workshop yang relevan bagi perusahaan maupun komunitas yang ingin memberi dorongan untuk schedule hijau mereka.

Salah satu pelatihan yang dianjurkan adalah pendidikan dan penyuluhan lingkungan. Rutinitas ini menargetkan pelajar dan masyarakat umum, generasi yang diplot sebagai penggerak perubahan. Information memperlihatkan bahwa hampir 60% anak muda merasa khawatir terhadap krisis iklim, dengan begitu edukasi formal dan non-formal diperlukan untuk mendorong perubahan perilaku yang berkelanjutan.

LindungiHutan juga menggarisbawahi pentingnya restorasi ekosistem lewat program seperti rehabilitasi lahan, mangrove, dan padang lamun. Keterlibatan langsung masyarakat lokal, sebagai petani, nelayan, dan relawan, memperlihatkan bahwa CSR bukan sekadar tanggung jawab finansial, namun juga komitmen bersama untuk membangun ekonomi berkelanjutan.

Selain itu, skema carbon offsetting dengan cara penanaman pohon mangrove mendapat sorotan besar. Dengan menghitung jejak karbon dan menanam kompensasi dengan cara platform seperti LindungiHutan, perusahaan bisa mengambil langkah konkret menuju goal netralitas karbon, yang mana sejalan komitmen nasional Indonesia sampai 2030.

member

Untuk memfasilitasi hal ini, LindungiHutan menawarkan pelatihan Inexperienced Skilling yang meliputi aspek praktis seperti:

1. Teknik pengelolaan limbah dan 3R (cut back, reuse, recycle);

2. Pengintegrasian prinsip keberlanjutan ke dalam struktur organisasi dan pelatihan karyawan;

3. Pelaksanaan kampanye edukasi lingkungan dan restorasi ekologis (khususnya mangrove).

CEO LindungiHutan, Miftachur “Ben” Robani, menyampaikan, “Pelatihan ini dirancang bukan hanya untuk memenuhi kebutuhan CSR, namun untuk menyemai budaya hijau dalam organisasi. Ketika setiap stage memahami implikasi ekologis aksi mereka, CSR akan menjadi bagian dari strategi jangka panjang.”

Dengan menghadirkan coaching dan edukasi yang menyasar ekosistem pengetahuan dan keterampilan, LindungiHutan mengharapkan lebih cukup banyak perusahaan bisa mengadopsi version CSR yang inklusif, transparan, dan berdampak nyata, bukan sekadar formalitas.

[ad_2]
Sumber: vritimes