Apakah anak Anda tampaknya mempunyai “masalah kemarahan”?

Iklan

Klinik Cleveland adalah pusat medis akademis nirlaba. Beriklan di situs kami membantu memberi dukungan misi kami. Kami sepertinya tidak memberi dukungan produk atau layanan non-Cleveland Hospital. Kebijakan

Jika Anda adalah orang tua, Anda mungkin saja pernah merasakan dalam jumlah besar kemarahan, kehancuran, dan ketakutan.

Anda mungkin saja bertanya-tanya pada diri sendiri: Mengapa balita saya memukul saya?

atOptions = { 'key' : '22361bada66794b74bc520991471b0fe', 'format' : 'iframe', 'height' : 250, 'width' : 300, 'params' : {} };

Mengendalikan emosi adalah keterampilan yang harus segera kita pelajari, dan beberapa anak membutuhkan waktu lebih lama untuk menguasai pengendalian diri dibandingkan anak lainnya. Tetapi mungkin saja sulit untuk mengetahui apakah perilaku agresif anak Anda hanyalah bagian dari proses belajarnya atau sudah di luar kendali.

Psikolog anak Emily Mudd, PhD, menjelaskan cara menangani pukulan balita dan perilaku agresif balita lainnya.

Memahami mengapa balita memukul

Mengapa balita saya begitu agresif?

Ini membantu untuk memahami apa yang sesuai dengan perkembangan anak.

“Kami secara umum memperkirakan balita akan merasakan beberapa perilaku agresif,” kata Dr. Mudd. “Pada tahapan ini, anak-anak cenderung memakai ekspresi fisik untuk menyampaikan rasa frustrasi mereka, hanya sebab mereka belum mempunyai kemampuan bahasa untuk mengekspresikan diri. Andaikan, mendorong teman di taman bermain bisa hal itu dianggap sebagai hal yang biasa. Kami sepertinya tidak akan menyebutkan hal itu sebagai agresi kecuali hal itu merupakan bagian dari suatu pola.”

Balita Anda mungkin saja merasa frustrasi sebab mereka bosan, lelah, lapar atau bahkan kewalahan — dan bentuk komunikasi fisik seperti memukul, menggigit dan mendorong mungkin saja merupakan satu-satunya cara yang mereka tahu untuk mengekspresikan perasaan mereka.

Kapan Anda perlu khawatir tentang perilaku agresif?

Saat anak Anda cukup dewasa untuk mempunyai keterampilan verbal guna mengomunikasikan perasaannya — sekitar usia 7 tahun — ekspresi agresi fisik seharusnya sudah berkurang, kata Dr. Mudd.

Jika hal tersebut sepertinya tidak terjadi, inilah saatnya untuk khawatir, terutama jika anak Anda membahayakan dirinya sendiri atau orang lain atau terus menerus merusak properti.

Perhatikan tanda-tanda peringatan bahwa perilaku anak Anda berdampak negatif, seperti:

  • Berjuang secara akademis.
  • Merasakan kesulitan tetap berhubungan dengan teman sebaya.
  • Tak henti-hentinya dikarenakan gangguan di rumah.
  • Merasakan tantangan dengan pola tidur atau makan yang konsisten.

“Jalur-tanda peringatan ini memprihatinkan dan sepertinya tidak boleh diabaikan,” kata Dr. Mudd.

Perilaku anak Anda mungkin saja mempunyai penyebab mendasar yang memerlukan perhatian. ADHD, kecemasan, gangguan belajar yang sepertinya tidak terdiagnosis, dan autisme mungkin saja mempunyai gejala yang muncul sebagai perilaku agresif atau menimbulkan tantangan dalam berkomunikasi.

“Apa pun penyebabnya, jika perilaku tersebut memengaruhi aktivitas sehari-hari anak Anda, inilah saatnya mencari tau perawatan profesional,” tambahnya.

Mulailah dengan berbicara dengan dokter anak Anda. Jika perlu, mereka bisa merujuk Anda ke mahir kesehatan psychological untuk mendiagnosis dan menangani masalah yang bisa dikarenakan agresi atau masalah komunikasi verbal.

Strategi pengelolaan pukulan balita

Jadi, apa yang dapat Anda lakukan sebagai orang tua untuk membantu mengelola perilaku agresif balita Anda? Dr Mudd merekomendasikan strategi ini.

Tetap santai

Apakah Anda sepertinya tidak percaya apa yang harus segera dilakukan saat anak Anda memukul Anda atau orang lain? Langkah pertama, dan mungkin saja yang paling penting, adalah tetap santai dan mengatur emosi Anda.

“Ketika seorang anak mengekspresikan dalam jumlah besar emosi, dan orang tuanya menanggapinya dengan lebih dalam jumlah besar emosi, hal itu bisa meningkatkan agresivitas anak,” jelas Dr. Mudd. “Andaikan, jika seorang anak berteriak, dan kemudian orang tuanya mulai berteriak kepada anak tersebut, hal ini akan meningkatkan perilaku yang sepertinya tidak diinginkan anak tersebut daripada menguranginya.”

Sebaliknya, cobalah memberi contoh regulasi emosi pada balita Anda. Itu berarti mencoba mengurangi kemarahan atau kecemasan yang mungkin saja Anda rasakan dalam situasi tersebut dengan menyadari emosi Anda sendiri dan memakai keterampilan mengatasi untuk mengurangi intensitas emosi Anda.

Katakan ya bila Anda dapat, namun jangan biarkan perilaku agresif

Jika anak Anda sedang memperlihatkan emosi yang besar dan itu bukan pernyataan tentang keselamatan, misalkan saja, mereka menginginkan cangkir biru dan bukan hijau, sepertinya tidak apa-apa untuk mengakomodasinya.

Tetapi, jika Anda sepertinya tidak bisa mengakomodasi hal ini, misalkan saja, anak Anda mempunyai firasat buruk di toko kelontong sebab menginginkan sereal tertentu, jangan menyerah dan membelinya. Ini merupakan hadiah dan akan memperkuat perilaku tersebut.

“Saat merasakan emosi yang besar, bantu anak Anda mengidentifikasi emosi tersebut. Andaikan, ‘Kamu merasa sangat sedih dan marah sebab kamu sangat menginginkan sereal itu,’” saran Dr.Mudd.

Jangan pernah menanggapi dengan kekerasan fisik seperti memukul, membentak, atau menahan. Alihkan perhatian saat anak Anda memperlihatkan perilaku negatif dengan menyampaikan sesuatu seperti, “Aku harus segera menjagamu tetap aman. Kau sepertinya tidak dapat memukulku, tapi kau dapat memukul bantal.”

“Tetapkan batasan dan kemudian biarkan anak Anda yang bertanggung jawab atas pilihan berikutnya,” kata Dr. Mudd. “Andaikan, “Kita segera akan meninggalkan toko kelontong sekarang. Apakah kamu ingin membantuku memindai makanan atau membawanya ke mobil?”” “

Tangkap anak Anda saat berbuat baik

Berikan penghargaan atas perilaku yang baik, bahkan saat anak Anda sepertinya tidak melakukan hal yang sepertinya tidak biasa. Berikan pujian yang spesifik.

Jika waktu bermain bebas masalah, katakanlah, “Aku menyukainya caramu memakai kata-katamu untuk berkomunikasi dengan saudaramu setelah kamu selesai bermain. Anda berbagi dalam jumlah besar hal hari ini. Kerja bagus.”

Camilan dan hadiah sepertinya tidak diperlukan. Pengakuan dan pujian memiliki kekuatan tersendiri.

Bantu anak Anda belajar mengekspresikan diri

Anda bisa melakukan ini dengan berbicara secara terbuka tentang emosi.

Andaikan, Anda mungkin saja berkata, “Aku tahu kamu sedang sangat marah sementara.” Hal ini memvalidasi apa yang dirasakan anak Anda dan mendorong ekspresi verbal, bukan fisik. Membuka kesempatan untuk berbicara bisa membantu mereka menemukan cara untuk menyampaikan perasaan mereka dengan menggunakan yang sehat.

Ketahui pola anak Anda dan identifikasi pemicunya

Apakah tantrum terjadi setiap pagi sebelum sekolah? Berusahalah untuk menyusun kegiatan pagi Anda. Bagi tugas menjadi beberapa langkah sederhana, dan berikan peringatan waktu seperti, “Kami akan berangkat 10 menit lagi.” Gunakan pengatur waktu fisik dengan begitu anak Anda bisa menonton selang waktu.

Tetapkan tujuan, seperti datang tepat waktu ke sekolah empat dari lima hari. Lalu, beri hadiah kepada anak Anda saat mereka berhasil hingga tujuan tersebut.

Temukan hadiah yang sesuai

Jangan fokus pada tujuan finansial atau materi. Sebaliknya, cobalah memberikan hadiah seperti waktu khusus semasa setengah jam dengan ibu atau ayah, untuk memilih apa yang akan dimakan keluarga untuk makan malam atau untuk memilih apa yang akan ditonton keluarga untuk menonton movie. Anak-anak yang lebih kecil akan membutuhkan penguatan yang terus menerus.

Kapan harus segera mencari tau bantuan profesional

Jika Anda telah menerapkan berbagai metode dan teknik dan masih kesulitan menemukan cara untuk mengakhiri anak Anda memukul atau bersikap agresif, mungkin saja sudah waktunya untuk berbicara dengan dokter anak Anda.

“Ingat fakta bahwa Anda bukan satu-satunya yang berjuang menghadapi perilaku anak Anda. Anak Anda juga sedang berjuang — dan pada dasarnya, anak-anak ingin pulih. Psikolog anak mempunyai keterampilan dalam membantu anak-anak dan keluarga mengatasi tantangan emosional dan perilaku,” dorong Dr. Mudd. “Tanyakan kepada dokter anak Anda nama-nama profesional kesehatan psychological di daerah Anda.”


Sumber: clevelandclinic.org