[ad_1]
Jakarta, 22 Mei 2025 — Diskusi lintas sektor mengenai keberlanjutan lingkungan menjadi sorotan utama dalam gelaran Open Condominium Vol.3 yang diselenggarakan oleh komunitas lingkungan pada Kamis (22/5). Acara ini dihadiri oleh 27 peserta dari berbagai latar belakang, termasuk LSM, pelaku industri, komunitas, sampai akademisi, dengan tujuan membahas tantangan dan peluang dalam menerapkan prinsip keberlanjutan di berbagai lini.
Rutinitas berawal dengan pemaparan dari dua organisasi masyarakat sipil yang bergerak di bidang pelestarian lingkungan pesisir. Ocean Guard, sebuah inisiatif yang digagas oleh mahasiswa, mengungkapkan pentingnya edukasi publik terhadap kondisi ekosistem laut yang kian memburuk. Sementara waktu, Komunitas LEVA memaparkan pendekatan rehabilitasi mangrove berbasis pemberdayaan masyarakat pesisir, termasuk pelaku wisata dan UMKM.
Talkshow menghadirkan para narasumber inspiratif:
1. Regina Inderadi (ISSP Indonesia)
2. Adryan Hafizh / Bang Yahe (Kolaborasi.co & LindungiHutan)

3. dr. Andri Theja (PT Salam Pacific Indonesia Strains)
Dalam sesi ini, Bang Yahe menyoroti pergeseran tren industri terhadap isu gasoline karbon, yang sepertinya tidak lagi menjadi tanggung jawab tunggal industri, melainkan juga individu. Ia menekankan pentingnya aksi konkret seperti pengurangan plastik dan penanaman pohon untuk mengatasi isu lingkungan yang kompleks dan jangka panjang.
Regina menambahkan bahwa perubahan regulasi, seperti dari OJK dan meningkatnya kesadaran pelanggan menuntut korporasi untuk lebih terbuka dan proaktif dalam praktik keberlanjutan. Perusahaan yang mampu berinovasi hijau kini lebih kompetitif dan dipercaya konsumen.
Dari sisi korporasi, dr. Andri menjelaskan bagaimana SPIL menerapkan prinsip keberlanjutan dalam proses bisnisnya. Edukasi inside menjadi kunci, termasuk perubahan budaya kerja dengan cara kebiasaan sederhana seperti penggunaan tumbler sampai daur ulang seragam.
Kolaborasi antar sektor menjadi titik terang dalam diskusi ini. Dalam jumlah besar pihak menilai bahwa kerja sama antara komunitas, industri, dan pemerintah bisa mempercepat proses inovasi ramah lingkungan, terutama dalam menjawab kebutuhan spesifik tiap sektor. Pendekatan kolaboratif juga memungkinkan adopsi solusi yang lebih inklusif, dari perusahaan besar sampai pelaku UMKM.
Isu edukasi keberlanjutan bagi generasi muda juga mencuat dalam sesi tanya jawab. Para peserta punya pendapat yang sama bahwa pemahaman tentang lingkungan perlu ditanamkan sejak dini dengan cara praktik sederhana dalam hidup sehari-hari, disesuaikan dengan konteks usia dan pemahaman anak.
Ketiga narasumber mengajak semua pihak, baik individu maupun institusi, untuk bergerak bersama dalam menjaga keberlangsungan bumi. Andri menutup dengan analogi sederhana: “Bumi ibarat tubuh manusia yang menua, perlu kita rawat bersama.” Bang Yahe menambahkan bahwa perubahan besar berawal dari langkah kecil: “Mulai aja dulu.”
[ad_2]
Sumber: vritimes