[ad_1]

INFONESIA.ME – Insiden peretasan yang menimpa salah satu bursa kripto kembali menegaskan pentingnya sistem keamanan di industri aset virtual. Kerugian diprediksi sampai $1,46 miliar dalam bentuk Ethereum (ETH), yang memicu volatilitas harga, termasuk penurunan Bitcoin ke $97.000 dan Ethereum di bawah $2.700. Kejadian ini juga dikarenakan peningkatan penarikan dana dari bursa kripto terpusat (CEX), mencerminkan kekhawatiran investor terhadap keamanan aset mereka.

CMO Tokocrypto, Wan Iqbal, menekankan bahwa insiden ini harus segera menjadi momentum bagi industri untuk memperkuat perlindungan aset pengguna. Ia menyarankan bursa untuk terus mengevaluasi sistem keamanan, bekerja sama dengan mitra kustodian, serta mengadopsi teknologi pemantauan canggih guna mencegah peretasan di masa depan. Selain itu, regulator global semakin mempercepat penerapan regulasi yang lebih ketat, seperti MiCA di Uni Eropa dan FIT21 di Amerika Serikat, guna meningkatkan proteksi serta transparansi industri kripto.

Di Indonesia, regulator dan pelaku industri terus memantau mempunyai pengaruh pada kejadian ini untuk menjaga stabilitas pasar. Sejumlah change lokal telah memperkuat sistem keamanan dengan audit rutin, penerapan teknologi mutakhir, serta peningkatan verifikasi identitas pengguna (KYC/AML). Beberapa platform juga membentuk dana perlindungan investor sebagai langkah mitigasi risiko, saat ini kerja sama dengan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) diperkuat untuk memastikan kepatuhan terhadap regulasi yang berlaku.

Selain peningkatan keamanan, edukasi pengguna menjadi fokus utama untuk mengurangi risiko terkait bursa terpusat. Komunitas kripto di Indonesia tetap optimistis terhadap prospek jangka panjang aset virtual, mengingat elementary Bitcoin dan kripto lainnya masih kuat. Dengan regulasi yang semakin matang dan adopsi teknologi blockchain yang terus berkembang, industri kripto diperkirakan akan semakin stabil serta mampu menghadapi tantangan di masa depan. www.tokocrypto.com

Sumber : VRITIMES

member

[ad_2]

Source link