INFONESIA.ME – Harga emas kembali menguat setelah sebelumnya turun sampai 3% menyusul kemenangan Donald Trump dalam pemilihan presiden Amerika Serikat. Mempengaruhi kemenangan ini terasa di pasar global, dengan penguatan dolar Amerika Serikat, kenaikan imbal hasil obligasi, dan perpindahan investasi ke aset berisiko, yang sempat menekan harga emas. Tetapi, pada perdagangan Kamis (8/11), emas kembali memperlihatkan tren bullish dan diprediksi akan melanjutkan kenaikan.

Analis Dupoin Indonesia, Andy Nugraha, memproyeksikan emas bisa sampai harga tertinggi di sekitar $2.727 in keeping with ons troi, dengan tren bullish yang didukung oleh indikator Shifting Reasonable. Tetapi, Nugraha juga memperingatkan kemungkinan pembalikan arah jika momentum bullish melemah, dengan goal penurunan di sekitar $2.691. Pelemahan dolar Amerika Serikat, yang dipicu oleh ekspektasi pemotongan suku bunga oleh Federal Reserve pada Desember, menjadi faktor pendukung penguatan emas.

Potensi penurunan suku bunga oleh The Fed di bawah pimpinan Jerome Powell dipandang sebagai upaya memberi dorongan untuk ekonomi dalam perjalanan ketidakpastian kebijakan baru dari pemerintahan Trump. Jika Powell memberi sinyal pemotongan suku bunga sebesar 25 foundation poin pada bulan depan, hal ini dapat semakin melemahkan dolar dan memperkuat harga emas. Komentar Powell dalam konferensi pers yang akan datang akan diperhatikan oleh pelaku pasar untuk memahami arah kebijakan The Fed di masa yang akan datang.

Kemenangan Trump dan kendali mayoritas Partai Republik di Senat membuka peluang kebijakan pro-inflasi seperti stimulus fiskal dan pemotongan pajak, yang bisa mendorong ekspektasi inflasi lebih tinggi. Jika ini terjadi, emas dapat terus menguat sebagai aset lindung nilai. Tetapi, jika dolar kembali menguat sebab ekspektasi inflasi atau kebijakan Trump lainnya, harga emas mungkin saja akan menghadapi tekanan kembali.

Sumber : VRITIMES

member



Source link